Reporter: Zaskia Paramitha, BBC | Editor: Edy Can
SINGAPURA. Bir telah diproduksi selama 7.000 tahun di Asia. Namun, baru dalam beberapa tahun terakhir, Asia mengambil alih tampuk pimpinan sebagai peminum bir terbanyak dari tangan Eropa dan Amerika. Asia juga merupakan pasar bir dengan pertumbuhan paling cepat, sebuah simbol populasi yang enerjik dan hedonistik.
Restoran di sepanjang Jalan Lau Pa Sat, Singapura, misalnya. Di malam hari, sebagian jalan diblokir oleh pelanggan restoran yang duduk menunggu pesanan. Para pekerja yang lapar selepas kerja, keluarga, dan turis, sibuk memilih menu makanan sambil menikmati lima botol bir yang disajikan. “Untuk makanan pedas, lebih baik dipadankan dengan bir dingin,” kata Ben, pengunjung dari Hong Kong.
Dia juga memiliki alasan lain ketika memilih menenggak bir. “Cuaca di sini sangat panas.” Kala itu, suhu udara menunjukkan angka 31 derajat celcius di siang hari dan 27 atau 28 derajat celcius di malam hari.
Per kepala, jumlah bir yang ditenggak warga Asia memang masih kalah jauh dengan Eropa. Republik Czech misalnya, menduduki peringkat tertinggi di daftar peminum perkapita versi Euromonitor—dengan 174 liter perorang di usia legal (2011), diikuti Irlandia dan 7 negara Eropa lainnya.
Afrika Selatan berada di peringkat 10 dan Amerika Serikat di peringkat 11. Jepang merupakan negara Asia pertama di dalam daftar, yakni di peringkat 41.
Namun, secara keseluruhan, Asia sempat mengungguli Eropa dan Amerika Serikat tahun 2007. Tahun lalu, Asia telah mengkonsumsi total 67 miliar liter bir, disusul Amerika dengan 57 miliar dan Eropa 51 miliar, menurut Euromonitor.
Menurut perkiraan Euromonitor, konsumsi bir di wilayah Asia Pasifik akan terus meningkat 4,8% tiap tahun antara 2011 dan 2016. “Bir memiliki korelasi yang sangat kuat dengan pertumbuhan ekonomi negara,” kata Nirguan Tiruchelvam, analis dari Standard Chartered. “Orang-orang cenderung meminum bir di masa pertumbuhan. Mereka menenggak alkohol di saat-saat baik maupun buruk,” tambahnya.
Hal ini sejalan dengan bagaimana bir dipasarkan di seluruh dunia dengan berbagai slogan, antara lain “King of Good Times” untuk bir Kingfisher India.
"Ini mungkin karena faktor desis," kata Tiruchelvam. Menurutnya, faktor desis ini yang membuat orang lebih memilih bir.