Reporter: Arthur Gideon, Bloomberg | Editor: Dikky Setiawan
BEIJING. Ekspor China ternyata masih jeblok. Ekspor Negeri Tembok Raksasa itu selama bulan September 2009 turun 20,1% jika dibandingkan ekspor selama September 2008. Ekspor di bulan September tersebut merupakan yang terendah sepanjang tahun.
Lesunya ekspor China juga terlihat dari nilai pengiriman barang. Biro bea cukai China menyatakan, nilai barang yang dikirimkan sepanjang tahun ini hingga September adalah US$ 115,9 miliar, turun 15,2% jika dibandingkan dengan nilai pengiriman setahun lalu.
Dari jumlah itu, nilai barang yang dikapalkan ke Eropa mencapai US$ 22,6 miliar dan barang yang dikirim ke Amerika Serikat (AS) mencapai US$ 21, 2 miliar.Sebagian besar barang yang dikirimkan China masih barang padat karya alias barang yang membutuhkan banyak tenaga kerja dalam proses produksinya, seperti mebel atau tekstil.
Bea cukai China juga mencatat, nilai impor sampai September turun 3,5% ketimbang sebulan sebelumnya. Nilai penurunan ini merupakan yang terkecil sepanjang 11 bulan terakhir. Kepala Ekonom Nomura Holdings Hong Kong, Sun Mingchun mengartikan data tersebut sebagai membaiknya permintaan di pasar domestik. Mingchun juga memprediksi, ekspor China akan kembali membaik dalam waktu dekat.
Ramalan itu muncul karena beberapa kawasan sudah mencatat angka pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Jika situasi ekonomi di negara-negara lain membaik, tentu permintaan barang dari pasar global kembali meningkat. Dan, China sebagai salah satu produsen terbesar di dunia, akan menikmati kenaikan permintaan di pasar global.
Terlepas dari data ekspor bulan September yang lemah, China tetap berstatus negeri dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia. China juga masih tercatat sebagai negara dengan nilai ekspor terbesar kedua di dunia. Banyak ekonom yang berharap China menjadi mesin yang menarik pertumbuhan ekonomi seluruh dunia.