kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.915.000   -19.000   -0,98%
  • USD/IDR 16.341   27,00   0,17%
  • IDX 7.544   12,60   0,17%
  • KOMPAS100 1.047   -4,04   -0,38%
  • LQ45 795   -5,29   -0,66%
  • ISSI 252   0,56   0,22%
  • IDX30 411   -3,03   -0,73%
  • IDXHIDIV20 472   -7,09   -1,48%
  • IDX80 118   -0,54   -0,46%
  • IDXV30 121   -0,69   -0,57%
  • IDXQ30 131   -1,32   -1,00%

Konflik di Perbatasan Belum Usai, Thailand Tuduh Kamboja Hindari Berdialog


Sabtu, 26 Juli 2025 / 16:35 WIB
Konflik di Perbatasan Belum Usai, Thailand Tuduh Kamboja Hindari Berdialog
ILUSTRASI. REUTERS/Soveit Yarn. Thailand menuduh Kamboja sengaja menghindari "dialog" untuk menyelesaikan konflik kekerasan antara kedua negara tersebut.


Sumber: CNA | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID- BANGKOK. Thailand menuduh Kamboja sengaja menghindari "dialog yang bermakna" untuk menyelesaikan konflik kekerasan antara kedua negara, seiring serangan lintas batas yang mematikan dan meningkatnya korban sipil yang memperburuk pertempuran terburuk dalam beberapa tahun terakhir.

Duta Besar Thailand untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Cherdchai Chaivaivid mengatakan dalam pertemuan tertutup Dewan Keamanan PBB pada hari Jumat (25/7) bahwa Phnom Penh telah menolak upaya dialog.

“Sangat disesalkan bahwa Kamboja sengaja menghindari dialog yang bermakna dan malah berusaha menginternasionalkan isu ini untuk melayani tujuan politiknya sendiri,” kata Cherdchai. Kementerian Luar Negeri Thailand menerbitkan pernyataannya secara daring pada Sabtu pagi.

“Thailand mendesak Kamboja untuk segera menghentikan semua permusuhan dan tindakan agresi, dan melanjutkan dialog dengan itikad baik,” kata duta besar tersebut.

Baca Juga: Panggilan Telepon yang Bocor di Tengah Konflik Thailand dan Kamboja

Ia menambahkan bahwa Thailand telah "aktif terlibat" dengan Kamboja selama dua bulan terakhir melalui berbagai mekanisme bilateral, termasuk apa yang disebut Komisi Perbatasan Bersama setelah pertikaian pada akhir Mei yang mengakibatkan tewasnya seorang tentara Kamboja.

Setelah pertemuan Dewan Keamanan PBB di New York, Duta Besar Kamboja untuk PBB Chhea Keo mengatakan negaranya menginginkan gencatan senjata.

"Kamboja meminta gencatan senjata segera - tanpa syarat - dan kami juga menyerukan solusi damai untuk sengketa ini," kata Keo kepada para wartawan.

Menteri Luar Negeri Thailand Maris Sangiampongsa mengatakan pada hari Sabtu bahwa agar gencatan senjata atau perundingan dapat dilanjutkan, Kamboja perlu menunjukkan "ketulusan sejati dalam mengakhiri konflik".

"Saya mendesak Kamboja untuk berhenti melanggar kedaulatan Thailand dan kembali menyelesaikan masalah ini melalui dialog bilateral," kata Maris kepada para wartawan.

Di provinsi perbatasan Thailand, Sisaket, sebuah kompleks universitas telah diubah menjadi akomodasi sementara, tempat seorang relawan mengatakan lebih dari 5.000 orang tinggal.

Samrong Khamduang mengatakan ia meninggalkan peternakannya, sekitar 10 km dari perbatasan, ketika pertempuran pecah pada hari Kamis. Suami perempuan berusia 51 tahun itu tetap tinggal untuk menjaga ternak.

"Kami sangat ketakutan dengan suara artileri," katanya. "Tetapi suami saya tetap tinggal dan sekarang kami kehilangan koneksi. Saya tidak bisa menghubunginya. Saya tidak tahu apa yang terjadi di sana."

Di Kuala Lumpur, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, ketua blok regional ASEAN, mengatakan ia akan terus mendorong usulan gencatan senjata. 

Kamboja telah mendukung rencana Anwar, sementara Thailand menyatakan setuju secara prinsip.

"Masih ada baku tembak," kata Anwar, menurut kantor berita negara Bernama. 

Baca Juga: Sejarah Konflik Thailand-Kamboja yang Berlangsung Sejak Era Kolonial

Ia mengatakan telah meminta menteri luar negerinya "untuk berkoordinasi dengan kementerian luar negeri masing-masing dan, jika memungkinkan, saya akan terus berkoordinasi dengan mereka sendiri – setidaknya untuk menghentikan pertempuran".

Melanggar hukum 

Lebih dari 30 orang tewas dalam pertempuran terburuk antara kedua negara tetangga di Asia Tenggara ini. Kedua negara saling tuduh sebagai pihak yang memulai konflik, yang memanas drastis pada hari Kamis.

Menurut Cherdchai, Kamboja memulai konflik pada hari Kamis, dengan menyatakan bahwa artileri Kamboja melepaskan tembakan ke pos militer Thailand di Ta Muen Thom, Provinsi Surin, yang kemudian diikuti oleh pasukan yang melakukan "serangan tanpa pandang bulu" di empat provinsi di Thailand.

"Tindakan agresi ini, yang melanggar hukum dan tanpa pandang bulu - dan saya ingin menekankan kata tanpa pandang bulu - serangan bersenjata telah menyebabkan kerugian dan penderitaan serius bagi warga sipil yang tidak bersalah," ujarnya. 

Cherdchai menunjukkan foto-foto korban sipil kepada Dewan Keamanan, menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Thailand.

Duta Besar tersebut menuduh Kamboja melakukan serangan tanpa pandang bulu dan tidak manusiawi terhadap warga sipil, infrastruktur sipil, dan fasilitas publik seperti rumah sakit, dengan mengatakan bahwa serangan tersebut melanggar Konvensi Jenewa dan Piagam PBB.

Duta Besar mengatakan Thailand telah menahan diri sepenuhnya tetapi kini terpaksa bertindak membela diri menyusul penembakan lintas batas yang mematikan, insiden ranjau darat, dan meningkatnya korban sipil.

Baca Juga: Perbandingan Kekuatan Militer Thailand dan Kamboja, Siapa Lebih Perkasa?

Dalam bentrokan hari Kamis, Kamboja menembakkan roket dan peluru artileri ke Thailand, dan militer Thailand mengerahkan jet F-16 untuk melancarkan serangan udara.

Duta Besar mengatakan Thailand dengan tegas menolak penggunaan kekuatan untuk menyelesaikan sengketa internasional, namun tetap berkomitmen teguh pada penyelesaian sengketa secara damai.

Thailand menuduh Kamboja sengaja menyerang warga sipil, sementara Phnom Penh mengkritik Bangkok karena menggunakan bom curah, yang kontroversial dan dikutuk secara luas.

Cherdchai mengakui bahwa bom curah memang dikerahkan, tetapi mengatakan bahwa bom tersebut digunakan secara eksklusif untuk menargetkan sasaran militer.

“Semua tindakan diarahkan pada target militer yang sah, dengan segala upaya dilakukan untuk menghindari kerugian warga sipil,” kata Cherdchai, seraya menambahkan bahwa respons Thailand sangat terbatas cakupannya, proporsional, dan semata-mata ditujukan untuk menetralisir bahaya yang mengancam.

Duta Besar juga menepis tuduhan Phnom Penh yang menyatakan bahwa Thailand menyerang daerah sekitar dan bangunan Kuil Preah Vihear. Pertempuran pada hari Kamis difokuskan di enam lokasi, menurut militer Thailand, termasuk di sekitar dua kuil kuno.

Cherdchai mengatakan pernyataan Kamboja itu tidak berdasar, disesalkan, dan sangat mengecewakan, dan merupakan penyebaran disinformasi.

Menurut Kementerian Pertahanan Phnom Penh, jumlah korban tewas di Kamboja telah meningkat menjadi 13 orang - lima tentara dan delapan warga sipil - dengan lebih dari 35.000 orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka.

Di pihak Thailand, Kementerian Kesehatan melaporkan 15 korban tewas - 14 warga sipil dan seorang tentara - dengan 46 lainnya luka-luka, termasuk 15 tentara. 

Kementerian tersebut juga mengatakan lebih dari 138.000 orang telah dievakuasi dari wilayah perbatasannya.

Mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra - yang masih merupakan tokoh berpengaruh di kerajaan itu - mengunjungi tempat penampungan pada hari Sabtu untuk bertemu dengan para pengungsi.

"Militer perlu menyelesaikan operasinya sebelum dialog apa pun dapat dilakukan," kata Thaksin kepada para wartawan.

Pria berusia 76 tahun itu mengatakan ia tidak berencana menghubungi Hun Sen, mantan perdana menteri Kamboja yang berpengaruh dan telah lama menjadi sekutu dekatnya.

"Tindakannya mencerminkan pola pikir yang terganggu. Ia harus merenungkan perilakunya."

Baca Juga: Efek Ekonomi Konflik Thailand dan Kamboja

Selanjutnya: Terkait Wacana Pansus Haji 2025, Sufmi Dasco: Ada Temuan yang Harus Ditindaklanjuti

Menarik Dibaca: Apa Itu Cysteamine? Ini Manfaat Cysteamine untuk Kulit dan Cara Menggunakannya




TERBARU

[X]
×