Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Thailand dan Kamboja kembali terlibat dalam bentrokan bersenjata paling serius dalam lebih dari satu dekade, menyusul meningkatnya ketegangan di wilayah perbatasan yang disengketakan.
Sedikitnya 16 orang tewas dan lebih dari 130.000 warga sipil telah dievakuasi, menjadikan konflik ini krisis kemanusiaan regional yang mengkhawatirkan.
Situasi Terkini: Artileri Berat dan Jet Tempur Dikerahkan
Bentrokan meletus pada Kamis pagi di sekitar wilayah sengketa yang berbatasan dengan kompleks candi kuno, dan dengan cepat menyebar ke beberapa titik lain di sepanjang perbatasan. Kedua belah pihak saling menuduh sebagai pemicu tembakan pertama.
-
Kamboja disebut telah menggunakan peluncur roket truk untuk menyerang area yang diklaim sebagai wilayah sipil di Thailand.
-
Thailand merespons dengan mengerahkan jet tempur F-16 buatan AS untuk membombardir sasaran militer di seberang perbatasan.
Setidaknya 15 warga sipil tewas, sebagian besar di pihak Thailand, sementara 130.000 orang di Thailand dan 12.000 keluarga di Kamboja telah dipindahkan ke lokasi aman.
Baca Juga: Mengintip Perbandingan Kekuatan Militer Thailand dan Kamboja
Akar Konflik: Sengketa Perbatasan Sejak Era Kolonial
Sumber utama konflik ini adalah sengketa perbatasan sepanjang 817 km yang belum sepenuhnya didemarkasi sejak pertama kali dipetakan oleh Perancis pada 1907, ketika Kamboja masih merupakan koloni.
-
Thailand menolak peta tersebut, yang berdasarkan garis batas alami pegunungan sebagai demarkasi.
-
Komisi Perbatasan Bersama yang dibentuk tahun 2000 belum menunjukkan kemajuan signifikan.
Isu kepemilikan situs sejarah, seperti Candi Preah Vihear, kerap menjadi pemicu sentimen nasionalis, termasuk insiden pembakaran Kedutaan Besar Thailand di Phnom Penh pada 2003.
Titik Nyala Terbaru: Preah Vihear dan Ta Moan Thom
Situs kuno Preah Vihear telah lama menjadi sumber ketegangan utama. Meskipun Mahkamah Internasional (ICJ) memberikan candi tersebut kepada Kamboja pada 1962, Thailand terus mengklaim wilayah di sekitarnya.
-
Ketegangan memuncak lagi pada 2008 dan 2011, menyebabkan korban jiwa dan saling serang artileri.
-
Pada 2013, ICJ kembali mengukuhkan bahwa wilayah sekitar Preah Vihear milik Kamboja, dan memerintahkan Thailand mundur.
Awal tahun ini, kelompok warga Kamboja yang dikawal tentara menyanyikan lagu kebangsaan di situs kuno lain, Ta Moan Thom, yang juga diklaim kedua negara, memicu konfrontasi langsung dengan pasukan Thailand.
Krisis Politik dalam Negeri Thailand Memperkeruh Situasi
Upaya Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra untuk menurunkan ketegangan melalui panggilan telepon dengan Hun Sen, mantan PM Kamboja, malah memperburuk keadaan. Rekaman panggilan tersebut bocor dan menimbulkan kemarahan publik setelah ia dianggap menghina militer Thailand dan terlalu tunduk pada Hun Sen.
Akibatnya, Paetongtarn diskors dari jabatannya pada 1 Juli setelah sekelompok senator mengajukan keluhan resmi.
Baca Juga: Konflik Thailand-Kamboja: Sengketa Perbatasan Selama Satu Abad
Upaya Resolusi: Mandek di Meja Diplomasi
Pasca bentrokan 28 Mei, kedua negara sepakat untuk meredakan ketegangan melalui Komisi Perbatasan Bersama. Namun, eskalasi terbaru menunjukkan mekanisme yang ada tidak efektif.
-
Kamboja berencana membawa sengketa empat wilayah ke Mahkamah Internasional (ICJ).
-
Thailand menolak yurisdiksi ICJ dan menuntut penyelesaian secara bilateral.
Setelah bentrokan Kamis, Kamboja mengirim surat ke Dewan Keamanan PBB, menuduh Thailand melakukan agresi militer yang disengaja dan tidak beralasan. Sementara itu, Thailand menyatakan bersedia berdialog hanya jika Kamboja menghentikan kekerasan lebih dulu.