kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.409.000   5.000   0,21%
  • USD/IDR 16.719   15,00   0,09%
  • IDX 8.711   0,04   0,00%
  • KOMPAS100 1.195   1,31   0,11%
  • LQ45 857   1,45   0,17%
  • ISSI 311   0,25   0,08%
  • IDX30 442   0,04   0,01%
  • IDXHIDIV20 513   -0,15   -0,03%
  • IDX80 134   0,18   0,13%
  • IDXV30 141   -0,40   -0,28%
  • IDXQ30 141   -0,15   -0,11%

Ekspor Melesat, Impor Loyo: Sinyal Pemulihan atau Fatamorgana Ekonomi China?


Selasa, 09 Desember 2025 / 06:35 WIB
Ekspor Melesat, Impor Loyo: Sinyal Pemulihan atau Fatamorgana Ekonomi China?
ILUSTRASI. Ekspor China pada November 2025 melampaui ekspektasi, didorong oleh efek positif dari jeda tarif dengan Amerika Serikat. China Images via Reuters


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Ekspor China pada November 2025 melampaui ekspektasi, didorong oleh efek positif dari jeda tarif dengan Amerika Serikat. Namun, di balik kenaikan ini, aktivitas pabrik yang masih lemah dan berakhirnya strategi “front-loading” memberi sinyal bahwa tahun 2026 kemungkinan tetap berat bagi para eksportir.

Melansir Reuters, data bea cukai menunjukkan pengiriman barang ke luar negeri dari ekonomi terbesar kedua di dunia naik 5,9% secara tahunan. Angka ini membalikkan kontraksi 1,1% pada bulan sebelumnya, sekaligus jauh di atas proyeksi survei Reuters yang memperkirakan kenaikan hanya 3,8%.

Sementara itu, impor tumbuh 1,9%, naik sedikit dibandingkan kenaikan 1,0% pada Oktober, tetapi masih di bawah proyeksi ekonom yang mengharapkan pertumbuhan 3%.

Pada awal November, AS dan China mengumumkan kesepakatan untuk mengurangi sebagian tarif dan beberapa kebijakan tambahan setelah pertemuan Donald Trump dan Xi Jinping di Korea Selatan pada 30 Oktober. 

Ekonom memperkirakan, berkurangnya akses China ke pasar AS selama ini telah menekan pertumbuhan ekspornya sekitar 2 poin persentase — setara dengan 0,3% PDB.

Baca Juga: Langkah Kontroversial: Trump Restui Chip Super Nvidia Masuk China

Penurunan tak terduga pada Oktober, setelah lonjakan 8,3% pada bulan sebelumnya, menunjukkan bahwa strategi para eksportir China untuk mempercepat pengiriman guna menghindari tarif Trump sudah tidak lagi efektif.

Pengusaha pabrik di China memang melaporkan adanya perbaikan pesanan ekspor baru pada November, tetapi levelnya masih berada di zona kontraksi. Ini menandakan ketidakpastian masih besar karena mereka kesulitan mencari pasar pengganti ketika permintaan dari AS melemah.

Survei resmi tentang aktivitas manufaktur juga menunjukkan sektor tersebut kembali menyusut, menandai kontraksi selama delapan bulan berturut-turut.

Surplus dagang China pada November mencapai US$ 111,68 miliar, naik signifikan dari US$ 90,07 miliar pada bulan sebelumnya dan jauh di atas perkiraan US$ 100,2 miliar.

Tonton: Kembali Panas, Radar China Kunci Jet Tempur Jepang

Kesimpulan 

Ekspor China memang melonjak pada November berkat jeda tarif AS–China, tetapi fundamentalnya belum pulih. Aktivitas pabrik masih menyusut selama delapan bulan beruntun, pesanan ekspor baru tetap berada di zona kontraksi, dan strategi percepatan pengiriman untuk menghindari tarif sudah kehilangan daya dorong. Sementara impor tumbuh di bawah ekspektasi, surplus dagang justru melebar, mencerminkan ketidakseimbangan antara permintaan eksternal dan domestik yang belum sepenuhnya pulih. Momentum positif November lebih bersifat sementara dibanding tanda pemulihan berkelanjutan.

Selanjutnya: Arus Modal Asing Dorong Investasi

Menarik Dibaca: Maniskan Hari dengan Promo Krispy Kreme Buy 1 Get 1 Free Cuma 9-11 Desember




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×