Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pertumbuhan ekonomi China melambat ke laju terlemah dalam setahun pada kuartal ketiga 2025, seiring krisis sektor properti dan ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) yang menekan permintaan domestik.
Kondisi ini menjadi ujian bagi Beijing dalam mengalihkan mesin pertumbuhan dari investasi dan ekspor menuju konsumsi rumah tangga yang lebih berkelanjutan.
Baca Juga: Warren Buffett: Lawan Inflasi Bukan Emas, Tapi Ini!
Data Biro Statistik Nasional China pada Senin (20/10/2025) menunjukkan produk domestik bruto (PDB) tumbuh 4,8% secara tahunan (YoY) pada periode Juli–September, melambat dari 5,2% pada kuartal sebelumnya.
Capaian tersebut sesuai dengan konsensus analis Reuters. Secara kuartalan, ekonomi tumbuh 1,1%, sedikit lebih tinggi dari proyeksi 0,8%.
Kendati melambat, China masih berpeluang mencapai target pertumbuhan tahunan sekitar 5%.
“Pasar memperkirakan China akan meleset dari target itu, tetapi data sembilan bulan pertama menunjukkan sebaliknya,” ujar Dan Wang, Direktur China di Eurasia Group.
“Beijing ingin menunjukkan bahwa mereka tetap mampu mencapai sasaran pembangunan meski di tengah tekanan eksternal seperti tarif dan pembatasan ekspor AS.”
Baca Juga: Kebijakan Tarif Trump Bikin Korporasi Dunia Tekor US$ 1,2 Triliun
Ketimpangan Struktural dan Risiko Perdagangan
Meningkatnya tensi dagang dengan Washington menyoroti ketimpangan struktural ekonomi China, yang masih bergantung pada manufaktur dan ekspor.
Meskipun ekspor sempat rebound pada September, tekanan deflasi dan lemahnya konsumsi domestik menunjukkan ekonomi kehilangan momentum.
Presiden AS Donald Trump bahkan mengancam akan menaikkan tarif impor barang China hingga 100% mulai 1 November.
Meski begitu, beberapa pejabat AS menyiratkan bahwa kedua negara terbuka untuk meredakan konflik tarif tersebut.
Baca Juga: Surat Pedas CEO Palantir yang Bikin Investor Tergila-gila
Fokus pada Rencana Pembangunan Lima Tahun
Para pemimpin China dijadwalkan menggelar pertemuan tertutup hingga Kamis untuk membahas Rencana Pembangunan Lima Tahun ke-15, yang kemungkinan akan menitikberatkan pada penguatan industri teknologi tinggi guna menghadapi persaingan dengan AS.
Investor juga menanti rapat Politbiro dan Konferensi Kerja Ekonomi Pusat pada Desember untuk petunjuk arah kebijakan tahun depan.
“Kuartal keempat kemungkinan akan didorong oleh investasi publik, bukan konsumsi,” ujar Tianchen Xu, Ekonom Senior di Economist Intelligence Unit.
“Kebijakan pembiayaan dan penerbitan obligasi pemerintah sejak September diarahkan untuk proyek infrastruktur.”
Baca Juga: Harga Emas Rebound ke US$ 4.263 Senin (20/10) Pagi, Setelah Turun Tajam
Data Aktivitas Ekonomi
- Produksi industri naik 6,5% pada September, tertinggi dalam tiga bulan, mengalahkan ekspektasi 5,0%.
- Penjualan ritel tumbuh 3,0%, terendah dalam 10 bulan.
- Investasi aset tetap turun 0,5% sepanjang Januari–September, berbalik arah dari pertumbuhan 0,5% pada delapan bulan pertama.
- Investasi properti anjlok 13,9% dalam sembilan bulan pertama, memperdalam penurunan dari 12,9% sebelumnya.
Krisis properti yang berlarut-larut menjadi hambatan utama bagi kepercayaan konsumen dan investasi swasta, menambah tantangan bagi Beijing dalam menjaga pertumbuhan di tengah tekanan eksternal yang meningkat.