Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Produksi pabrik dan penjualan ritel China pada Agustus 2025 meleset dari perkiraan pasar, memperkuat seruan agar pemerintah menambah stimulus demi menopang pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia yang masih dibayangi lemahnya konsumsi domestik serta risiko eksternal.
Data Biro Statistik Nasional China (NBS) yang dirilis Senin (15/9/2025) menunjukkan, output industri tumbuh 5,2% secara tahunan. Angka ini melambat dibandingkan pertumbuhan 5,7% pada Juli dan lebih rendah dari perkiraan jajak pendapat Reuters sebesar 5,7%.
Baca Juga: Investasi Properti China Anjlok 12,9% dalam 8 Bulan, Harga Rumah Baru Terus Turun
Sementara itu, penjualan ritel yang menjadi indikator utama konsumsi naik 3,4% di Agustus, setelah tumbuh 3,7% pada bulan sebelumnya. Hasil ini juga meleset dari ekspektasi pasar sebesar 3,9%.
Pemerintah China kini mengandalkan sektor manufaktur untuk mencari pasar baru guna mengimbangi permintaan domestik yang lesu serta dampak dari kebijakan dagang AS di bawah Presiden Donald Trump, sekaligus menjaga target pertumbuhan tahunan di kisaran 5%.
Ekonomi China tertekan sejak momentum pemulihan pasca-pandemi COVID-19 melemah, ditambah kampanye pemerintah mengekang spekulasi dan utang berlebihan yang membuat sektor properti terpuruk dalam jangka panjang.
Baca Juga: AS dan China Akhiri Hari Pertama Pembicaraan Dagang di Spanyol, TikTok Jadi Sorotan
Harga rumah baru turun 0,3% pada Agustus dari bulan sebelumnya dan turun 2,5% secara tahunan, menurut data resmi terpisah. Lesunya pasar properti terus menjadi beban bagi perekonomian.
Merosotnya kekayaan rumah tangga akibat krisis properti membuat konsumsi masyarakat melemah. Kepercayaan bisnis juga tertekan, memperburuk kondisi pasar tenaga kerja.
Ekspor barang yang merupakan motor utama ekonomi manufaktur China tumbuh paling lambat dalam enam bulan pada Agustus.
Produsen masih menunggu kejelasan arah hubungan dagang antara AS dan China setelah keduanya mencapai gencatan tarif sementara.
Laba pabrik juga tergerus akibat tren penurunan harga produsen selama beberapa tahun terakhir.
Aktivitas manufaktur semakin terganggu oleh cuaca ekstrem musim panas ini, yang tercatat sebagai yang terpanas sejak 1961 dan diperparah musim hujan terpanjang untuk periode yang sama.
Baca Juga: AS–China Gelar Negosiasi Dagang di Madrid, TikTok Masuk Agenda Utama
Investasi aset tetap hanya naik 0,5% dalam delapan bulan pertama tahun ini dibanding periode yang sama 2024, jauh di bawah perkiraan 1,4% dan melambat dari pertumbuhan 1,6% pada Januari–Juli.
Zheng Shanjie, Kepala Badan Perencana Negara China, pekan lalu menegaskan bahwa Beijing akan memanfaatkan penuh kebijakan fiskal dan moneter serta memperkuat instrumen kebijakan untuk mencapai target ekonomi tahunan.
Ia juga berjanji mempercepat riset kebijakan serta meluncurkan instrumen keuangan baru pada paruh kedua 2025.