Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pejabat tinggi Amerika Serikat dan Tiongkok bertemu di Madrid pada Minggu (14/9) untuk membahas sejumlah isu dagang yang sudah lama menjadi ganjalan.
Pertemuan ini menjadi yang keempat dalam empat bulan terakhir, memperlihatkan intensitas diplomasi perdagangan di tengah ketegangan tarif yang diberlakukan pemerintahan Presiden Donald Trump.
Delegasi AS dipimpin oleh Menteri Keuangan Scott Bessent dan Perwakilan Dagang Jamieson Greer, sementara Tiongkok diwakili oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng serta negosiator utama perdagangan Li Chenggang.
Pertemuan sebelumnya digelar di Stockholm pada Juli lalu, di mana kedua belah pihak sepakat memperpanjang gencatan tarif dagang selama 90 hari yang memungkinkan kembali masuknya mineral tanah jarang (rare earth) Tiongkok ke pasar AS.
Baca Juga: China Gelar Patroli di Laut China Selatan, Filipina Diberi Peringatan Keras
Trump sendiri telah menyetujui perpanjangan tarif atas barang Tiongkok hingga 55% yang berlaku sampai 10 November 2025.
TikTok Jadi Agenda Utama
Isu TikTok untuk pertama kalinya resmi masuk dalam agenda pembicaraan dagang. Washington sebelumnya menetapkan tenggat bagi pemilik TikTok, ByteDance, untuk melepas kepemilikan operasional di AS sebelum 17 September, atau aplikasi itu berisiko ditutup.
Meski kesepakatan final belum diharapkan tercapai, sumber pemerintahan menyebut kemungkinan besar tenggat akan kembali diperpanjang — untuk keempat kalinya sejak Trump menjabat.
Langkah ini memberi ruang politik bagi Gedung Putih, meski bisa memicu kritik dari Kongres yang sebelumnya menuntut penjualan TikTok demi mengurangi risiko keamanan nasional.
Menariknya, Presiden Trump sendiri bulan lalu baru saja meluncurkan akun TikTok pribadinya.
Isu Tarif dan Arah Hubungan Dagang
Menurut pengamat perdagangan Wendy Cutler, hasil konkret yang lebih substansial kemungkinan baru akan diumumkan pada pertemuan potensial antara Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping akhir tahun ini, kemungkinan dalam KTT APEC di Seoul pada Oktober.
Agenda besar itu bisa mencakup penyelesaian final terkait TikTok, pelonggaran larangan pembelian kedelai AS oleh Tiongkok, hingga pengurangan tarif fentanyl.
Namun, Cutler menilai penyelesaian isu struktural ekonomi Tiongkok — seperti pergeseran menuju konsumsi domestik dan pengurangan ekspor bersubsidi — masih akan memakan waktu bertahun-tahun.
“China tidak akan terburu-buru menyepakati perjanjian tanpa konsesi besar dari AS, khususnya pada pengendalian ekspor dan tarif,” kata Cutler.
Tekanan Minyak Rusia dan Peran G7
Selain isu dagang, Washington menekan sekutu G7 dan Eropa untuk memberlakukan tarif pada Tiongkok dan India agar menghentikan pembelian minyak Rusia.
Menurut Bessent dan Greer, langkah ini diperlukan untuk menekan sumber pendapatan Rusia guna mempercepat negosiasi perdamaian perang Ukraina.
Baca Juga: China Umumkan Penyelidikan Anti Diskriminasi dan Dumping Chip AS
AS sebelumnya sudah mengenakan tarif tambahan 25% pada barang India akibat impor minyak Rusia, sementara Tiongkok sejauh ini belum dikenai sanksi serupa.
Spanyol Jadi Tuan Rumah Strategis
Pemerintah Spanyol memanfaatkan momentum pertemuan ini untuk menunjukkan posisinya sebagai pusat diplomasi internasional. Pertemuan digelar di Palacio de Santa Cruz, markas besar Kementerian Luar Negeri Spanyol.
Menurut sumber pemerintah, pemilihan Madrid mencerminkan upaya Spanyol memperkuat citra sebagai tuan rumah negosiasi strategis.
Selain itu, Spanyol ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mempererat hubungan bilateral dengan AS, yang sempat renggang akibat kritik Trump terhadap sikap Madrid terkait konflik Gaza dan kontribusi pertahanan NATO.