Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - LONDON. Pembicaraan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China dijadwalkan berlanjut ke hari kedua di London, saat para pejabat ekonomi utama dari dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia berupaya meredakan ketegangan yang telah meluas dari tarif hingga pembatasan ekspor logam tanah jarang (rare earths).
Ketegangan ini berpotensi mengganggu rantai pasok global dan memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia.
Baca Juga: Marinir Diterjunkan ke Los Angeles, Trump Dukung Penangkapan Gubernur California
Pertemuan di Lancaster House, sebuah bangunan pemerintahan Inggris yang megah, ditutup pada Senin (9/6) malam dan akan dilanjutkan kembali pada Selasa pukul 10 pagi waktu setempat (09.00 GMT), menurut sumber dari pihak AS yang mengetahui negosiasi tersebut.
Washington dan Beijing berusaha menghidupkan kembali kesepakatan gencatan sementara yang sebelumnya dicapai di Jenewa, yang sempat meredakan ketegangan perdagangan dan menenangkan pasar.
Namun sejak itu, AS menuduh China lambat memenuhi komitmennya, khususnya terkait pengiriman rare earths.
Presiden AS Donald Trump pada Senin mengatakan bahwa pembicaraan berjalan baik dan ia “hanya menerima laporan positif” dari timnya di London.
“Kami berjalan baik dengan China. Tapi China memang tidak mudah,” kata Trump, tanpa merinci isi pembicaraan.
Ketika ditanya apakah AS akan mencabut kontrol ekspor, Trump menjawab, “Kita lihat saja nanti.”
Penasihat ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, sebelumnya menyatakan bahwa AS menginginkan kepastian dari pihak China untuk kembali membuka keran ekspor rare earths.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Ditutup Sentuh Level Tertinggi Beberapa Pekan pada Senin (9/6)
Hal ini menyusul pernyataan Trump bahwa Presiden China Xi Jinping setuju untuk melanjutkan pengiriman logam tanah jarang dalam percakapan telepon langka antara keduanya pekan lalu.
Menurut Hassett, AS berharap pengendalian ekspor segera dilonggarkan dan pasokan rare earths dikirim dalam volume besar setelahnya.
Tekanan Ekonomi Meningkat
Pembicaraan di London berlangsung di tengah tekanan ekonomi yang meningkat di kedua negara.
Data bea cukai menunjukkan ekspor China ke AS anjlok 34,5% (year-on-year) pada Mei, penurunan terdalam sejak Februari 2020 saat pandemi COVID-19 melanda.
Sementara itu, di AS, kepercayaan bisnis dan rumah tangga menurun, dan produk domestik bruto (PDB) kuartal pertama mengalami kontraksi karena lonjakan impor, didorong oleh kekhawatiran atas kenaikan harga akibat tarif baru.
Meski dampak terhadap inflasi masih terbatas dan pasar tenaga kerja tetap tangguh, para ekonom memperkirakan tekanan akan lebih terasa sepanjang musim panas.
Delegasi AS yang hadir dalam pertemuan di London antara lain Menteri Keuangan Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, dan Perwakilan Dagang Jamieson Greer.
Baca Juga: Harga Emas Spot Menguat Tipis Senin (9/6), Pasar Pantau Negosiasi Dagang AS-China
Delegasi China dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng, didampingi Menteri Perdagangan Wang Wentao dan Kepala Negosiator Perdagangan Li Chenggang.
Kehadiran Lutnick, yang mengawasi kontrol ekspor AS, menandakan pentingnya isu rare earths dalam perundingan ini.
Banyak analis menilai hal ini menunjukkan kesiapan Trump untuk mempertimbangkan pencabutan sebagian pembatasan ekspor yang baru diberlakukan.
China masih mendominasi pasokan magnet rare earths—komponen penting dalam motor kendaraan listrik dan sektor pertahanan.
Kesepakatan Sementara di Depan Mata?
Trump dan Xi berbicara langsung pekan lalu, pertama kalinya sejak Trump kembali menjabat pada 20 Januari lalu.
Menurut ringkasan dari pemerintah China, Xi mendesak Trump agar tidak melanjutkan kebijakan dagang yang mengganggu ekonomi global dan memperingatkan terhadap tindakan provokatif terkait Taiwan.
Namun menurut Trump, percakapan tersebut "berakhir sangat positif," dan menjadi landasan bagi dimulainya pertemuan di London pada Senin.
Sehari setelah itu, Trump menyatakan Xi telah sepakat untuk melanjutkan ekspor logam tanah jarang ke AS.
Reuters melaporkan bahwa China telah memberikan izin ekspor sementara kepada pemasok rare earths untuk tiga produsen mobil terbesar AS.
Baca Juga: Wall Street Senin (9/6): S&P 500 Ditutup Naik Tipis, Pantau Negosiasi Dagang AS-China
Peluang dan Batasan Kesepakatan
Keputusan China pada April lalu untuk menghentikan ekspor sejumlah mineral dan magnet penting telah mengguncang rantai pasok global, termasuk sektor otomotif, dirgantara, semikonduktor, dan pertahanan.
Kelly Ann Shaw, mantan penasihat dagang Gedung Putih dan kini mitra di firma hukum Akin Gump, memperkirakan China akan mengulangi komitmen untuk mencabut pembalasan, termasuk pembatasan ekspor, dengan imbalan pelonggaran terbatas dari AS atas kontrol ekspor.
Namun, menurut Shaw, AS tidak mungkin mencabut larangan ekspor terhadap teknologi kritis seperti chip kecerdasan buatan.
Pada Mei lalu, AS sempat menghentikan pengiriman perangkat lunak desain semikonduktor dan peralatan penerbangan ke China dengan mencabut lisensi ekspor yang sudah dikeluarkan sebelumnya.
Kesepakatan sementara yang dicapai di Jenewa sempat memicu reli di pasar saham global. Indeks utama di AS, yang sebelumnya berada di wilayah bearish, kini telah pulih sebagian besar kerugiannya.
Baca Juga: Pejabat AS dan China akan Menggelar Perundingan Dagang di London
Namun Presiden Eurasia Group Ian Bremmer memperingatkan bahwa meski gencatan sementara dimungkinkan, hubungan dagang AS-China kemungkinan besar tidak akan menjadi konstruktif dalam waktu dekat, mengingat tren pemisahan rantai pasok (decoupling) dan tekanan AS terhadap negara lain agar mengurangi ketergantungan pada China.
“Lingkungan di sekitar Trump tetap hawkish, jadi kesepakatan dagang besar AS-China sangat kecil kemungkinannya, terutama karena prioritas AS kini berada pada perjanjian lain yang lebih matang,” tulis Bremmer dalam sebuah catatan analis.