kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.904.000   15.000   0,79%
  • USD/IDR 16.800   4,00   0,02%
  • IDX 6.262   8,20   0,13%
  • KOMPAS100 896   3,65   0,41%
  • LQ45 707   -0,42   -0,06%
  • ISSI 194   0,88   0,46%
  • IDX30 372   -0,72   -0,19%
  • IDXHIDIV20 450   -1,01   -0,22%
  • IDX80 102   0,35   0,35%
  • IDXV30 106   0,47   0,45%
  • IDXQ30 122   -0,87   -0,70%

AS-China di Ambang Putus Dagang, Investor Kabur dari Aset Amerika


Sabtu, 12 April 2025 / 09:54 WIB
AS-China di Ambang Putus Dagang, Investor Kabur dari Aset Amerika
ILUSTRASI. Trump pekan ini mengumumkan jeda tarif 90 hari untuk puluhan negara mitra, namun pada saat yang sama meningkatkan tarif terhadap produk China hingga 145%. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - BEIJING/WASHINGTON/LONDON. Perang dagang Amerika Serikat (AS)-China kembali memanas. Pada Jumat (11/4), Beijing menaikkan tarif impor terhadap produk AS hingga 125% sebagai balasan atas kebijakan Presiden Donald Trump yang sebelumnya meningkatkan bea masuk barang asal China.

Langkah balasan ini memperburuk ketidakpastian ekonomi global yang sudah lebih dulu diguncang oleh kebijakan tarif Trump.

Meski bursa saham AS sempat ditutup menguat di akhir pekan yang fluktuatif, investor global justru berbondong-bondong mencari aset aman: harga emas mencetak rekor tertinggi, imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun melonjak paling tajam sejak 2001, dan dolar AS tergelincir — sinyal bahwa kepercayaan terhadap pasar keuangan AS sedang goyah.

Baca Juga: Kaos Bisa Jadi Telur Baru di Amerika: Tarik Ulur Tarif Trump Ancam Lonjakan Inflasi

Sebuah survei konsumen di AS menunjukkan bahwa kekhawatiran terhadap inflasi melonjak ke level tertinggi sejak 1981, sementara sejumlah lembaga keuangan mulai mengerek proyeksi risiko resesi ke depan.

Namun Trump menepis kekhawatiran pasar. Dalam pernyataannya di Air Force One Jumat malam, ia justru optimistis, "Ketika orang mengerti apa yang sedang kita lakukan, saya yakin dolar akan menguat tajam."

Ia juga mengklaim pasar obligasi sudah kembali stabil, meskipun volatilitas sempat meningkat.

Gedung Putih menyebut lebih dari 75 negara telah menyatakan minat untuk bernegosiasi dengan AS.

India dan Jepang termasuk yang paling awal merespons, namun secara umum, banyak pemimpin dunia masih kebingungan menghadapi disrupsi terhadap tatanan perdagangan global yang tak pernah terjadi selama beberapa dekade terakhir.

Perang tarif yang saling balas antara dua ekonomi terbesar dunia ini berpotensi membuat perdagangan bilateral senilai lebih dari US$650 miliar pada 2024 menjadi tidak layak dilakukan.

Baca Juga: Uni Eropa Memutuskan untuk Tidak Membalas Tarif, Trump: Sangat Cerdas

"Presiden sudah jelas, jika Amerika dipukul, kami akan membalas lebih keras," tegas Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt.

Pasar pun bereaksi cepat. Dolar melemah, imbal hasil obligasi pemerintah AS naik, dan harga emas melonjak tajam.

Penurunan harga obligasi AS tenor 10 tahun mendorong imbal hasilnya ke posisi tertinggi dalam dua bulan terakhir — sebuah indikator penting yang turut menentukan suku bunga KPR dan pinjaman lainnya.

Leavitt menyebut, Menteri Keuangan Scott Bessent tengah memantau ketat pasar obligasi tersebut.



TERBARU

[X]
×