kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.929.000   -4.000   -0,21%
  • USD/IDR 16.285   -89,00   -0,54%
  • IDX 7.936   76,70   0,98%
  • KOMPAS100 1.115   11,48   1,04%
  • LQ45 831   8,40   1,02%
  • ISSI 266   1,51   0,57%
  • IDX30 430   4,11   0,97%
  • IDXHIDIV20 498   4,35   0,88%
  • IDX80 125   1,30   1,05%
  • IDXV30 133   2,10   1,60%
  • IDXQ30 139   1,52   1,10%

India Khawatir Mega-Bendungan China di Tibet Kurangi Aliran Sungai Hingga 85%


Senin, 25 Agustus 2025 / 13:29 WIB
India Khawatir Mega-Bendungan China di Tibet Kurangi Aliran Sungai Hingga 85%
ILUSTRASI. Tentara India dan Cina di kawasan perbatasan Bum La, Arunachal Pradesh, India.


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. India semakin khawatir terhadap rencana pembangunan bendungan raksasa oleh China di Tibet, yang diperkirakan akan memangkas aliran air Sungai Yarlung Zangbo (dikenal sebagai Siang dan Brahmaputra di India) hingga 85% pada musim kering.

Menurut analisis pemerintah India yang dilihat Reuters dan dibenarkan oleh beberapa sumber, New Delhi kini mempercepat rencana membangun bendungan tandingan di wilayah Arunachal Pradesh untuk mengurangi dampak tersebut.

Bendungan China Picu Kekhawatiran di New Delhi

China pada Desember lalu mengumumkan pembangunan bendungan tenaga air terbesar di dunia di wilayah perbatasan Tibet, tak jauh sebelum aliran Yarlung Zangbo memasuki India. Proyek senilai hampir US$170 miliar ini diperkirakan mampu mengalihkan hingga 40 miliar meter kubik air—lebih dari sepertiga pasokan tahunan di titik perbatasan utama.

Bagi India, hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa Beijing dapat menggunakan bendungan tersebut sebagai “senjata air”, terlebih di tengah rivalitas strategis dan sengketa wilayah di Arunachal Pradesh.

Baca Juga: Korea Selatan Ingin Meningkatkan Hubungan Ekonomi dengan China

Rencana Bendungan Upper Siang India

Sebagai respons, India melalui perusahaan pembangkit listrik tenaga air terbesar di negara itu, NHPC, telah memulai survei lokasi untuk membangun Upper Siang Multipurpose Storage Dam, yang jika terealisasi akan menjadi bendungan terbesar di India.

Bendungan dengan kapasitas penyimpanan 14 miliar meter kubik ini dirancang untuk:

  • Menjaga ketersediaan air di musim kering, sehingga kota-kota besar seperti Guwahati tidak terdampak parah (penurunan suplai diperkirakan hanya 11%, dibanding 25% jika proyek tak dibangun).

  • Mengantisipasi pelepasan air besar-besaran dari bendungan China dengan menampung limpahan aliran sungai.

Pemerintah India bahkan mempertimbangkan untuk selalu mengosongkan 30% kapasitas bendungan agar mampu menampung lonjakan aliran mendadak.

Perlawanan dari Warga Lokal Arunachal Pradesh

Namun, proyek India menghadapi tantangan besar di dalam negeri. Warga suku Adi di Arunachal Pradesh, yang bergantung pada pertanian padi, jeruk, kapulaga, hingga buah-buahan lokal, menentang keras pembangunan bendungan.

Baca Juga: Tarif 50% Tembaga, Pabrik Texas Justru Jadi Berkah bagi Perusahaan China

Menurut perhitungan, sekitar 16 desa akan hilang, memaksa lebih dari 10.000 orang untuk direlokasi, sementara dampak total bisa dirasakan oleh lebih dari 100.000 orang.

Penolakan ini bahkan sempat berujung aksi kekerasan, di mana warga merusak peralatan NHPC, menghancurkan jembatan, dan mengusir aparat yang menjaga area survei.

Meski demikian, pemerintah negara bagian Arunachal—yang mendukung proyek tersebut—menyebut bendungan sebagai upaya penting untuk keamanan air sekaligus pencegahan banjir. NHPC juga menyiapkan lebih dari US$3 juta untuk pembangunan infrastruktur darurat serta pendidikan guna membujuk warga agar menerima relokasi.

Dimensi Geopolitik dan Risiko Keamanan

Selain isu domestik, proyek ini sarat dimensi geopolitik. India menilai bendungan tersebut dapat mengurangi kerentanannya terhadap strategi China. Namun, paradoksnya, India sendiri dituduh “mempersenjatai air” oleh Pakistan setelah Delhi menangguhkan partisipasi dalam perjanjian air 1960.

Selain itu, para pakar internasional memperingatkan bahwa pembangunan bendungan besar di wilayah rawan gempa seperti Tibet dan Arunachal berisiko besar. Faktor seperti tanah longsor, banjir akibat danau gletser, hingga curah hujan ekstrem berpotensi menimbulkan bencana lintas batas jika salah satu bendungan gagal berfungsi.

Baca Juga: Topan Kajiki Ancam Vietnam dan China, Ratusan Ribu Warga Dievakuasi

Jalan Panjang Pembangunan

Walaupun ada dukungan politik dari pemerintah pusat, pembangunan Upper Siang Dam diperkirakan membutuhkan setidaknya satu dekade setelah dimulai. Artinya, bendungan India kemungkinan baru selesai setelah proyek China sudah beroperasi pada awal hingga pertengahan 2030-an.

Hal ini meninggalkan celah kerentanan bagi India, terutama jika China tiba-tiba melepaskan air dalam jumlah besar saat musim hujan, yang bisa merusak bendungan sementara milik India di tahap konstruksi.

Selanjutnya: Promo Superindo Hari Ini 25-28 Agustus 2025, Ikan Shisamo-Anggur Red Globe Diskon 45%

Menarik Dibaca: Promo Superindo Hari Ini 25-28 Agustus 2025, Ikan Shisamo-Anggur Red Globe Diskon 45%




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×