Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
Sementara itu, data inflasi AS terbaru menunjukkan tekanan harga belum meluas, meskipun harga produsen untuk logam industri sudah mulai naik akibat tarif impor baja dan aluminium yang diberlakukan sebulan terakhir.
"Inflasi akibat tarif (tarifflation) akan jauh lebih penting bagi prospek ke depan daripada data historis," kata Bill Adams, Kepala Ekonom di Comerica Bank.
Baca Juga: Tak Ada Ampun! China Naikkan Tarif Produk AS dari 84% Menjadi 125% Mulai Sabtu Ini
"Jika tarif ini bertahan, inflasi bisa melonjak tajam dalam beberapa bulan ke depan."
Universitas Michigan melaporkan bahwa Indeks Sentimen Konsumen jatuh ke angka 50,8 bulan ini, dari 57,0 pada Maret.
Ini bahkan lebih rendah dari proyeksi ekonom di angka 54,5. Yang mengejutkan, penurunan keyakinan juga terjadi di kalangan pendukung Partai Republik sendiri.
Ekspektasi inflasi 12 bulan ke depan melonjak ke 6,7%, tertinggi sejak 1981, dari 5,0% bulan lalu.
AS-China di Ambang Pemutusan Dagang Total
Trump pekan ini mengumumkan jeda tarif 90 hari untuk puluhan negara mitra, namun pada saat yang sama meningkatkan tarif terhadap produk China hingga 145%.
China langsung membalas pada Jumat dengan tarif serupa dan menyebut langkah AS sebagai tindakan "bullying sepihak yang tidak bisa diterima."
Baca Juga: Takut Kena Dampak Tarif Trump, Konsumen Berbondong-bondong Beli iPhone 16 Sekarang!
Kementerian Keuangan China mengisyaratkan bahwa ini mungkin menjadi pembalasan terakhir dalam bentuk tarif, namun membuka kemungkinan bentuk pembalasan lain ke depan.
"Jika AS sungguh ingin bernegosiasi, hentikan dulu sikap impulsif dan merusak ini," tulis Liu Pengyu, juru bicara Kedutaan Besar China di AS, melalui media sosial.
"China tidak akan pernah tunduk pada tekanan maksimal AS."
Analis UBS menyebut pernyataan Beijing sebagai "pengakuan bahwa perdagangan antara kedua negara pada dasarnya telah terputus."
Namun Leavitt memperingatkan China "Jika mereka terus membalas, itu justru akan merugikan mereka sendiri."
Baca Juga: Tesla Stop Penjualan 2 Model Mobil Mewahnya di China, Apa Sebabnya?
Trump sendiri masih membuka pintu diplomasi, menyebut dirinya menghormati Presiden China Xi Jinping.
Namun Xi dalam pertemuan dengan PM Spanyol Pedro Sanchez menyindir "China dan Uni Eropa seharusnya bersama-sama menentang aksi sepihak yang bersifat membully."_