Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - ABIDJAN. Pemerintah Pantai Gading menyatakan akan mencari pasar alternatif untuk ekspor biji kakaonya jika Amerika Serikat (AS) tetap menerapkan tarif impor sebesar 15% mulai Kamis mendatang. Hal ini disampaikan oleh dua pejabat pemerintah kepada Reuters.
Menurut salah satu pejabat dari Kementerian Pertanian, kebijakan tarif tersebut bertolak belakang dengan semangat kerja sama perdagangan internasional. "Amerika Serikat melakukan kebalikan dari apa yang seharusnya dilakukan," ujarnya.
Pantai Gading, produsen kakao terbesar di dunia, setiap tahunnya mengekspor hingga 300.000 metrik ton biji kakao ke Amerika Serikat.
Baca Juga: RI Setop Impor, Prabowo Sebut Kamboja Cari Pasar Baru
Nilai ekspor ini mencapai sekitar US$ 368 juta pada 2023, atau sekitar 10% dari total ekspor kakao negara tersebut, menurut data Dewan Kopi dan Kakao serta Observatory of Economic Complexity.
Amerika Serikat merupakan pasar terbesar keempat bagi kakao Pantai Gading, setelah Belanda, Malaysia, dan Belgia.
Tarif baru tersebut merupakan bagian dari revisi kebijakan perdagangan yang diumumkan Presiden AS Donald Trump dan akan berlaku efektif mulai 7 Agustus.
Sebelumnya, kakao Pantai Gading mendapat pembebasan bea masuk berdasarkan Undang-Undang Pertumbuhan dan Peluang Afrika (AGOA) yang disahkan AS pada tahun 2000.
Meski tarif 15% ini lebih rendah dari rencana awal sebesar 21% yang diumumkan pada April, pejabat pemerintah menilai besaran tersebut tetap signifikan dan mendorong pencarian pasar alternatif.
Baca Juga: Solusi Jika Tarif AS Tetap Tinggi: INDEF Sarankan Kurangi Ekspor dan Cari Pasar Baru
"Kami akan mencari pasar baru yang memberikan tarif lebih menguntungkan guna menjaga daya saing ekspor kami," ujar pejabat dari Kementerian Pertanian.
"Saat ini persaingan antar negara pengekspor sangat ketat, dan kami membutuhkan efisiensi biaya serta keuntungan tarif untuk memperlancar ekspor."
Pejabat dari Dewan Kopi dan Kakao (CCC), lembaga yang mengatur dan mempromosikan industri kakao nasional, menyebut bahwa Eropa menjadi opsi utama sebagai pasar alternatif. Namun, tidak disebutkan secara spesifik negara-negara yang menjadi target ekspor selanjutnya.
Kedua pejabat yang diwawancarai meminta agar identitas mereka dirahasiakan karena membahas isu kebijakan yang masih berlangsung.
"Industri Amerika harus beradaptasi agar tetap kompetitif," ujar pejabat CCC.
Di sisi lain, tarif baru AS juga dapat membawa keuntungan bagi Pantai Gading. Negara tersebut merupakan produsen kacang mete terbesar di dunia.
Dengan rencana kenaikan tarif terhadap kacang mete dari Vietnam dan India, peluang ekspor kacang mete Pantai Gading ke pasar AS bisa meningkat, ujar pejabat dari Kementerian Pertanian.
Baca Juga: Solusi Jika Tarif AS Tetap Tinggi: INDEF Sarankan Kurangi Ekspor dan Cari Pasar Baru
Saat ini, ekspor biji kakao ke AS masih di bawah 5% dari total volume, namun pemerintah menargetkan peningkatan ekspor produk olahan kakao hingga 30–40% dalam jangka pendek.
"Target ini ambisius tetapi realistis. Tarif baru ini justru dapat mempercepat pertumbuhan ekspor kami karena bea yang kami kenakan lebih rendah dibandingkan beberapa pesaing utama," ujarnya.