Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - ZURICH. Pemerintah Swiss menyatakan kesiapan untuk merevisi tawaran dagangnya kepada Amerika Serikat (AS) sebagai respons atas rencana Presiden Donald Trump yang memberlakukan tarif tinggi.
Menteri Ekonomi Swiss, Guy Parmelin, menyebut tarif bea masuk sebesar 39% yang diumumkan Trump dapat berdampak signifikan terhadap perekonomian Swiss.
Keputusan Trump pada Jumat lalu mengejutkan Swiss, sebab tarif tersebut menjadi salah satu yang tertinggi dalam gelombang kebijakan perdagangan baru AS. Asosiasi industri Swiss memperingatkan bahwa puluhan ribu pekerjaan berpotensi terdampak.
Pemerintah Swiss dijadwalkan menggelar rapat khusus pada Senin untuk membahas langkah lanjutan.
Baca Juga: 10 Poin Hasil Negosiasi Indonesia dengan AS Soal Tarif Trump
“Kita perlu memahami sepenuhnya apa yang terjadi dan alasan Presiden AS membuat keputusan ini. Setelah dibahas, kita bisa menentukan langkah selanjutnya,” ujar Parmelin kepada penyiar RTS.
Ia menambahkan, “Waktunya sangat sempit dan mungkin sulit mencapai kesepakatan sebelum 7 Agustus. Namun kami akan melakukan segala upaya untuk menunjukkan itikad baik dan meninjau kembali tawaran kami.”
Menurut Parmelin, Trump menyoroti defisit perdagangan AS dengan Swiss, yang tahun lalu mencapai 38,5 miliar franc Swiss (sekitar US$ 48 miliar).
Salah satu opsi yang dipertimbangkan Swiss untuk memperbaiki neraca tersebut adalah membeli gas alam cair (LNG) dari AS.
Opsi lainnya adalah mendorong investasi perusahaan-perusahaan Swiss di AS, yang merupakan pasar ekspor terbesar Swiss untuk produk farmasi, jam tangan, dan mesin.
“Lihat Uni Eropa, mereka berjanji membeli LNG. Swiss juga mengimpor LNG mungkin itu bisa jadi salah satu jalannya,” kata Parmelin.
“Mungkin juga lewat peningkatan investasi. Tapi untuk memastikan dasar yang kuat dalam negosiasi, kita perlu memahami secara menyeluruh apa ekspektasi AS.”
Baca Juga: Menteri ESDM Menyatakan Indonesia Siap Impor Migas dari AS Jika Tarif Trump Turun
Parmelin dan Presiden Swiss, Karin Keller-Sutter, menyatakan kesediaannya untuk terbang ke Washington bila diperlukan demi melanjutkan negosiasi. Sumber pemerintah membantah laporan yang menyebut tarif tersebut dipicu oleh percakapan telepon panas antara Keller-Sutter dan Trump pada Kamis malam.
“Panggilan itu memang tidak membuahkan hasil baik bagi Swiss,” ujar sumber tersebut kepada Reuters.
“Namun tidak ada pertengkaran. Trump sejak awal menyatakan pandangan yang berbeda dan menilai tarif 10% tidak cukup.”
“Kami tengah bekerja keras mencari solusi dan terus berkomunikasi dengan pihak Amerika,” tambah sumber tersebut. “Kami berharap solusi bisa dicapai sebelum 7 Agustus.”
Ekonom dari ETH Zurich, Hans Gersbach, memperingatkan bahwa tarif tinggi dapat menekan ekonomi Swiss yang sangat bergantung pada ekspor.
Ia memperkirakan produk domestik bruto (PDB) Swiss bisa menyusut antara 0,3% hingga 0,6% jika tarif 39% diberlakukan, dan bahkan lebih dari 0,7% jika produk farmasi yang saat ini tidak termasuk dalam daftar barang kena tarif. turut dikenakan bea masuk. Jika gangguan berlangsung lama, PDB bisa menyusut lebih dari 1%.
Baca Juga: China Siap Ambil Langkah Balasan jika Negara Lain Ikuti Tekanan Dagang AS
“Akan ada risiko resesi,” ujar Gersbach.
Selain itu, tarif ini juga diperkirakan akan memengaruhi pasar saham Swiss yang baru akan dibuka kembali pada Senin setelah libur Hari Nasional.
Dampak kebijakan tarif tersebut juga bisa mendorong Bank Nasional Swiss (SNB) untuk memangkas suku bunga. Menurut proyeksi Nomura, SNB kemungkinan akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada bulan September, menjadi -0,25%.
“Tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi akibat tarif ekspor AS kemungkinan akan memperlemah prospek ekonomi dan menimbulkan tekanan deflasi, yang meningkatkan kemungkinan pelonggaran lebih lanjut,” tulis Nomura.