Sumber: Forbes | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Elon Musk, miliarder di balik Tesla dan SpaceX, kembali mencuri perhatian dunia finansial setelah pergerakan Bitcoin milik Tesla menimbulkan spekulasi besar di kalangan investor.
Selain itu, peringatannya terkait potensi kebangkrutan Amerika Serikat semakin memperkuat ketidakpastian ekonomi yang sudah melanda dunia.
Langkah Tesla Memicu Kepanikan di Pasar Bitcoin
Harga Bitcoin yang mendekati rekor tertingginya sekitar US$70.000 beberapa waktu lalu, kini terhenti setelah Tesla dilaporkan memindahkan Bitcoin senilai US$750 juta ke alamat baru. Bitcoin tersebut telah "tidur" selama dua tahun, dan langkah mendadak ini memicu spekulasi bahwa Tesla mungkin telah menjual sebagian atau seluruh kepemilikannya.
Langkah ini menimbulkan kekhawatiran karena Tesla sebelumnya merupakan salah satu perusahaan besar yang paling vokal mendukung Bitcoin.
Baca Juga: IMF: China Tak Bisa Lagi Andalkan Ekspor untuk Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi
Langkah ini juga muncul di tengah momentum besar yang didorong oleh investasi BlackRock dan situasi ekonomi China, yang membawa harga Bitcoin naik drastis. Namun, pergerakan tiba-tiba ini telah membekukan reli harga, meninggalkan investor dalam ketidakpastian mengenai masa depan Bitcoin.
Elon Musk dan Peringatan Kebangkrutan Amerika
Di tengah spekulasi yang beredar, Elon Musk mengeluarkan pernyataan keras tentang situasi ekonomi Amerika Serikat. Melalui akun X (sebelumnya Twitter), Musk menyebut bahwa "pengeluaran pemerintah yang berlebihan mendorong Amerika ke arah kebangkrutan."
Komentar ini merujuk pada laporan bahwa US$500 miliar telah ditambahkan ke utang nasional Amerika hanya dalam tiga minggu terakhir, sebuah angka yang sangat mengkhawatirkan.
Selama pertemuan di Folsom, Pennsylvania, Musk memperingatkan bahwa inflasi bisa kembali meningkat akibat pengeluaran pemerintah yang dia sebut "gila." Menurut Musk, pengeluaran berlebih inilah yang mendorong inflasi dan pajak tersembunyi bagi warga negara.
Baca Juga: Hotel Milik Donald Trump Kenakan Tarif Tinggi hingga 300% kepada Secret Service
Ia juga menambahkan bahwa pengurangan pengeluaran drastis harus segera dilakukan untuk mencegah kebangkrutan dan memastikan utang negara tidak semakin membebani perekonomian.
Pertemuan Elon Musk dengan Nayib Bukele: Masa Depan Bitcoin?
Musk juga baru-baru ini bertemu dengan Presiden El Salvador, Nayib Bukele, yang menjadikan Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah di negara tersebut pada 2021.
Bukele memperkirakan bahwa Amerika Serikat bisa menghadapi masa sulit jika pengeluaran pemerintah terus meningkat tanpa batas, dan Bitcoin bisa menjadi alternatif bagi negara-negara yang ingin keluar dari ketergantungan terhadap dolar AS.
Utang Nasional AS dan Dampaknya terhadap Bitcoin
Utang nasional Amerika Serikat telah melonjak dalam beberapa tahun terakhir, melampaui US$34 triliun pada awal 2024, sebagian besar disebabkan oleh stimulus yang dikeluarkan selama pandemi Covid-19.
Baca Juga: Reli Bitcoin Berpotensi Awet hingga Akhir Tahun
Bank of America memperkirakan bahwa utang ini akan terus meningkat, mencapai US$1 triliun setiap 100 hari, yang dapat memicu lonjakan harga Bitcoin. Dengan beban utang yang semakin besar, banyak investor yang mulai mencari alternatif seperti emas dan Bitcoin sebagai pelindung nilai dari penurunan nilai mata uang fiat.
Para analis di JPMorgan juga memprediksi bahwa tren "debasement trade" atau peralihan dari mata uang fiat bisa semakin memperkuat posisi Bitcoin dan emas menjelang pemilihan presiden AS yang akan datang. Menurut mereka, ketegangan geopolitik dan ketidakpastian politik akan mendorong investor untuk lebih memilih aset alternatif yang lebih stabil.