Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Dalam pidato 1998 di Harvard, Buffett mengatakan:
"Emas digali dari tanah di Afrika, atau di suatu tempat. Lalu kami meleburnya, menggali lubang lain, menguburnya lagi dan membayar orang untuk berdiri menjaganya. Tidak memiliki utilitas. Siapa pun yang menonton dari Mars akan menggaruk-garuk kepala."
Untuk mengilustrasikan pendapatnya, Buffett menggunakan contoh dari dua kelompok investasi hipotetis. Kelompok pertama berisi semua pasokan emas dunia, bernilai sekitar US$ 9,6 triliun pada saat Buffett menulis surat itu. Kelompok kedua berisi aset dengan nilai yang sama -semua lahan pertanian penghasil tanaman di AS, 16 ExxonMobils, dan modal kerja US$ 1 triliun. (Catatan: Pada saat Buffett menulis surat itu, ExxonMobil adalah perusahaan paling menguntungkan di dunia.)
Baca Juga: Bill Gates: Saya bahkan tidak mau bertemu dengan Warren Buffett
Inilah idenya. Tidak hanya aset-aset ini akan meningkat nilainya dari waktu ke waktu, tetapi lahan pertanian akan menghasilkan US$ 200 miliar dalam pendapatan tahunan, dan 16 ExxonMobils masing-masing akan menghasilkan laba US$ 40 miliar per tahun, dengan total produksi tahunan US$ 840 miliar per tahun, yang kemudian dapat diinvestasikan dalam aset produktif lainnya.
Baca Juga: Warren Buffett: Kesuksesan diukur dari seberapa banyak orang mencintai Anda
Faktanya, logika produksi dan reinvestasi inilah yang memungkinkan Berkshire Hathaway tumbuh dari produsen tekstil yang kesulitan pada 1960-an menjadi salah satu perusahaan terbesar di dunia saat ini. Cukuplah untuk mengatakan bahwa hal yang sama tidak akan terjadi jika Buffett hanya menginvestasikan modal Berkshire dalam emas setelah ia mengambil alih pimpinan perusahaan.