Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - ANKARA. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, pada hari Selasa (22/11) mengatakan bahwa tank dan tentaranya siap menyerang gerilyawan Kurdi di Suriah. Langkah ini diambil menyusul meningkatnya intensitas serangan balasan di sepanjang perbatasan Suriah.
"Kita telah menekan kelompok teroris ini selama beberapa hari dengan pesawat, meriam, dan senjata kita. Insya Allah, kami akan membasmi mereka semua secepat mungkin, bersama dengan tank kita, tentara kita," kata Erdogan dalam sebuah pidato di timur laut Turki yang dikutip Reuters.
Pada hari Senin (21/11), Turki melaporkan bahwa serangan milisi Kurdi di Suriah, YPG, telah menewaskan dua orang. Serangan mortir tersebut dinilai sebagai balasan atas operasi udara Turki terhadap milisi pada akhir pekan lalu.
Baca Juga: Presiden Erdogan ke Indonesia Temui Jokowi di Bali, Bawa Deal Bisnis US$ 4,4 miliar
Sebelum operasi udara Turki dilancarkan, Istanbul juga merasakan serangan bom dengan skala besar seminggu sebelumnya.
Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin YPG mengatakan 15 warga sipil dan pejuang tewas dalam serangan Turki dalam beberapa hari terakhir.
Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar, berjanji untuk melakukan operasi melawan para militan. Akar juga kembali meminta sekutunya di NATO, AS, untuk berhenti mendukung pasukan Kurdi Suriah.
Bagi Turki, pasukan tersebut dianggap sebagai sayap dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dilarang eksistensinya.
Baca Juga: Erdogan Sebut Insiden Ledakan Rudal di Polandia Perlu Diinvestigasi Lebih Lanjut
"Kami memberi tahu semua mitra kami, terutama Amerika Serikat, bahwa YPG sama dengan PKK. Kami tetap pada permintaan kami agar mereka menghentikan setiap jenis dukungan untuk teroris," kata Akar dalam pidatonya di hadapan komisi parlemen.
AS memang secara terbuka menunjukkan bahwa mereka telah bersekutu dengan SDF yang dipimpin YPG dalam perang melawan ISIS di Suriah. Langkah ini jadi salah satu alasan di balik keretakan hubungan antara Turki dan AS dalam beberapa tahun terakhir.
Lebih dari 40.000 nyawa telah melayang dalam pertempuran antara PKK dan Turki yang dimulai pada tahun 1984. Turki, AS, dan Uni Eropa pun telah menetapkan PKK sebagai kelompok teroris.