kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45930,39   2,75   0.30%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Erdogan: Turki Akan Membayar Pembelian Gas dari Rusia dengan Mata Uang Rubel


Minggu, 07 Agustus 2022 / 11:46 WIB
Erdogan: Turki Akan Membayar Pembelian Gas dari Rusia dengan Mata Uang Rubel
ILUSTRASI. Turki Akan Membayar Pembelian Gas dari Rusia dengan Mata Uang Rubel. Presidential Press Office/Handout via REUTERS


Sumber: Arab News | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - ISTANBUL. Presiden Recep Tayyip Erdogan telah mengkonfirmasi bahwa Turki akan mulai membayar impor gas alam Rusia dalam rubel. Pengumuman itu awalnya dibuat oleh Moskow setelah lebih dari empat jam pembicaraan antara Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Sochi.

AS memimpin upaya internasional untuk menjatuhkan sanksi ekonomi pada Rusia sebagai tanggapan atas invasi pada bulan Februari ke Ukraina. Tetapi anggota NATO Turki telah mencoba untuk tetap netral dalam konflik karena ketergantungannya yang besar pada energi Rusia.

Rusia menyumbang sekitar seperempat dari impor minyak Turki dan 45 persen dari pembelian gas alamnya tahun lalu.

Baca Juga: Ukraina Ingin dapat Melakukan Pengapalan Secara Aman Selain Komoditas Gandum

“Sebagai Turki, pintu kami terbuka untuk semua orang,” kata Erdogan, Sabtu, kepada wartawan Turki dalam penerbangan pulang dari Sochi.

“Satu hal yang baik tentang kunjungan Sochi ini adalah bahwa kami menyetujui rubel dengan Tuan Putin,” kata Erdogan.

“Karena kami akan melakukan perdagangan rubel ini, tentu saja akan membawa uang ke Turki dan Rusia,” tambahnya.

Baik Erdogan maupun pejabat Rusia tidak mengatakan berapa porsi gas yang akan ditanggung oleh pembayaran rubel. Menghindari membayar gas dalam dolar membantu Turki melindungi cadangan mata uang kerasnya yang semakin menipis.

Pemerintah Turki dilaporkan telah menghabiskan puluhan miliar dolar pada tahun lalu untuk mencoba menopang lira dari penurunan tajam selama krisis ekonomi terbarunya. Lira masih kehilangan 55 persen nilainya terhadap dolar dan harga konsumen telah melonjak 80 persen dalam 12 bulan terakhir.

Baca Juga: Indonesia Kembali Impor Gandum, Dubes Ukraina Sambut Positif

Krisis tersebut telah memperumit jalan Erdogan menuju dekade ketiga dalam kekuasaan dalam pemilihan yang dijadwalkan pada Juli mendatang. AS dan Uni Eropa berusaha menekan klien energi Rusia agar tidak beralih ke pembayaran rubel untuk membatasi kemampuan Moskow mengobarkan perangnya melawan Ukraina.

Pembayaran rubel membantu Rusia menghindari pembatasan transaksi dolar dengan Moskow yang coba diterapkan AS pada bank global. Turki telah menolak untuk bergabung dengan rezim sanksi terhadap Rusia dan malah mendorong pembicaraan gencatan senjata antara Moskow dan Kyiv. Erdogan dan Putin berjanji di Sochi untuk memperluas kerja sama ekonomi di berbagai sektor termasuk perbankan dan industri.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×