Sumber: AFP | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fidelity Charitable, sebuah badan amal publik independen dan pemberi hibah terbesar, mengumumkan pada hari Selasa (21/2) bahwa tahun 2022 merupakan tahun yang memecah rekor dalam pemberian hibah.
Fidelity mencatat total hibah yang diberikan para donaturnya pada tahun tersebut mencapai US$ 11,2 miliar, atau sekitar Rp 170,2 triliun (kurs Rp 15.200) naik 9% dari tahun 2021.
Menariknya, sumbangan rekor tersebut dilakukan selama tahun inflasi tinggi dan kekhawatiran resesi ekonomi global. Nyatanya, tahun yang penuh gejolak ini merupakan tahun yang langka ketika hibah yang mengalir dari pendonor Fidelity Charitable melebihi nilai investasi yang masuk ke badan amal tersebut.
Baca Juga: Daftar Konglomerat Baru Berharta Triliunan Rupiah Berkat IPO di Bursa Saham
“Meskipun S&P turun 19% dan ekonomi yang tidak pasti, hibah dari donor Fidelity Charitable meningkat 9% sementara kontribusi turun sejalan dengan S&P selama setahun terakhir,” kata Jacob Pruitt, Presiden, Fidelity Charitable seperti dikutip dari AFP, Kamis (23/2).
Pruitt mengatakan kondisi ini menggambarkan kekuatan dana yang disarankan donor untuk membantu mempertahankan sektor filantropi bahkan selama periode ketidakpastian.
Menurut Fidelity Charitable's 2023 Giving Report, pemegang dana yang disarankan donor memberikan 2,2 juta hibah kepada 189.000 badan amal pada tahun 2022.
Dana yang disarankan donor adalah semacam akun investasi amal yang memungkinkan orang untuk segera menerima keringanan pajak untuk apa yang mereka sumbangkan, bahkan jika butuh waktu bertahun-tahun agar kontribusi tersebut disumbangkan ke organisasi nirlaba.
Baca Juga: Nama Lo Kheng Hong Kembali Tercatat Sebagai Pemegang Saham CFIN di Atas 5%
Pengkritik dana yang disarankan donor mengeluh bahwa hibah dapat ditunda tanpa batas waktu. Kongres saat ini sedang mempertimbangkan undang-undang untuk mengubah itu, termasuk Undang-Undang Percepatan Upaya Amal bipartisan yang mengharuskan hibah dibuat dari akun tersebut dalam waktu 15 tahun.
Angka-angka yang memecahkan rekor dari tahun 2022 menunjukkan bahwa sementara para donor mengkhawatirkan dampak inflasi dan ekonomi, Pruitt mengatakan mereka memutuskan untuk "menjalankan kekhawatiran itu."
Itu juga merupakan tanda bahwa dana yang disarankan donor dapat digunakan sebagai "cadangan siap pakai" untuk peningkatan donasi bila diperlukan, tambahnya.