Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Filipina mulai mengajak negara tetangganya seperti Malaysia dan Vietnam untuk menyusun kode etik baru terkait aktivitas maritim di Laut China Selatan. Filipina menyayangkan kemajuan yang lambat dalam mencapai pakta regional yang lebih luas dengan China.
Berbicara di Hawaii, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. mengatakan meningkatnya ketegangan di Laut Cina Selatan mengharuskan Filipina bermitra dengan sekutu dan tetangganya untuk menjaga perdamaian.
Marcos Jr. menyebut situasi keamanan di Laut China Selatan saat ini lebih mengerikan dari sebelumnya.
"Kami telah mengambil inisiatif untuk melakukan pendekatan kepada negara-negara lain di sekitar ASEAN yang mempunyai konflik teritorial, Vietnam adalah salah satu negara tersebut, Malaysia adalah negara lain dan membuat kode etik kami sendiri. Semoga hal ini dapat semakin berkembang dan meluas ke negara-negara ASEAN lainnya," kata Marcos, dikutip Reuters.
Baca Juga: Diam-Diam, Vietnam Melakukan Perluasan Pulau di Laut China Selatan
Pernyataan Marcos tersebut keluar setelah melakukan pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping pada hari Jumat pekan lalu di sela-sela forum Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik di San Francisco.
Keduanya membahas cara-cara untuk mengurangi ketegangan di perairan strategis yang disengketakan setelah serangkaian konfrontasi tahun ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, ASEAN dan China telah berupaya menciptakan kerangka kerja untuk menegosiasikan kode etik, sebuah rencana yang sudah ada sejak tahun 2002. Namun kemajuannya berjalan lambat.
Baca Juga: Jepang Gelar Latihan Militer di Laut China Timur, Pakai Kendaraan Serbu Amfibi
"Kami masih menunggu kode etik antara China dan ASEAN, namun sayangnya kemajuannya agak lambat," kata Marcos menyinggung masalah tersebut.
China mengklaim kepemilikan atas wilayah di Laut China Selatan dengan dasar “sembilan garis putus-putus” yang melingkar sejauh 1.500 km (900 mil) di selatan daratan China. Titik tersebut memotong zona ekonomi eksklusif (ZEE) Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina dan Vietnam.
Filipina dan China telah dalam konfrontasi selama bertahun-tahun perairan tersebut dan menjadi semakin intens dalam beberapa bulan terakhir.
China bahkan diketahui telah mengubah terumbu karang yang tenggelam menjadi instalasi militer yang dilengkapi dengan radar, landasan pacu dan sistem rudal, beberapa di antaranya berada di dalam ZEE Filipina