Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - HANOI. Vietnam telah meningkatkan pekerjaan pengerukan dan penimbunan tanah di Kepulauan Spratly di Laut China Selatan.
Sebuah lembaga pemikir Amerika Serikat mengatakan dalam sebuah laporan, aksi tersebut berhasil menciptakan lahan seluas 330 hektar lagi sejak Desember tahun lalu.
Melansir Reuters, menurut Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) Washington dalam laporan minggu ini yang mengutip citra satelit, perluasan tersebut jauh lebih besar dari 120 hektar yang diciptakan antara tahun 2012 dan 2022.
Kondisi itu menjadikan Vietnam nomor dua setelah China dalam hal pembangunan pulau di Kepulauan Spratly.
Kementerian Luar Negeri Vietnam tidak segera menanggapi permintaan komentar yang dilayangkan Reuters.
China mengklaim kedaulatan atas sebagian besar wilayah Laut China Selatan, termasuk wilayah di mana Vietnam membangun pulau-pulau baru tersebut.
Laut China Selatan merupakan salah satu jalur perairan yang paling diperebutkan di dunia, tempat terjadinya perdagangan senilai lebih dari US$ 3 triliun setiap tahunnya.
Baca Juga: Tegang! Kapal China Kepung Kapal Filipina, Ini Peringatan AS ke Tiongkok
Tiongkok, Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam telah mengajukan klaim bersaing atas sebagian atau seluruh Kepulauan Spratly.
Ekspansi yang dilakukan Vietnam baru-baru ini adalah yang paling terlihat di Barque Canada Reef, yang disebut Bai Thuyen Chai di Vietnam, dimana laporan tersebut, yang dibuat oleh Inisiatif Transparansi Maritim Asia (AMTI) CSIS, menyebutkan 210 hektar lahan telah diciptakan pada tahun lalu.
Laporan tersebut mengatakan Vietnam telah mulai menggunakan kapal keruk hisap pemotong untuk “mempercepat upaya pengerukan”. Dan bulan lalu, negara tersebut mulai melakukan pengerukan di dua fitur tambahan, termasuk South Reef dan Central Reef.
Dikatakan bahwa upaya Vietnam masih terfokus pada pengerukan dan penimbunan tanah, sementara pembangunan infrastruktur belum dimulai.
Baca Juga: Bentrok dengan China, Filipina Bakal Melakukan Modernisasi Militer
Tiongkok menciptakan lebih dari 3.200 hektar lahan dari tahun 2013 hingga 2016 di wilayah tersebut, kata lembaga think tank tersebut.
Pada bulan Agustus, Filipina, Malaysia, Taiwan dan Vietnam menolak peta yang dirilis oleh Tiongkok yang menunjukkan klaim kedaulatannya termasuk di Laut China Selatan.