Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - MANILA. Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping pada hari Jumat (17/11/2023), untuk menemukan cara mengurangi ketegangan di Laut China Selatan dan memulihkan akses nelayan Filipina ke daerah penangkapan ikan.
Kedua pemimpin bertemu di sela-sela KTT APEC di San Francisco, Amerika Serikat.
Melansir Reuters, Marcos mengatakan, Filipina dan China perlu terus berkomunikasi, karena pertemuan ini merupakan bagian penting dari proses menjaga perdamaian, dan menjaga jalur laut dan jalur udara terbuka di Laut China Selatan.
“Kami mencoba menemukan mekanisme untuk menurunkan ketegangan di Laut China Selatan,” kata Marcos tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Marcos mengatakan dia menyuarakan keprihatinan atas insiden antara kapal China dan Filipina, termasuk satu insiden tabrakan. Dia juga mengangkat tema penderitaan para nelayan Filipina.
Baca Juga: Diam-Diam, Vietnam Melakukan Perluasan Pulau di Laut China Selatan
“Saya meminta agar kita kembali ke situasi di mana nelayan China dan Filipina sama-sama menangkap ikan di perairan ini,” ujarnya.
Nelayan Filipina mengeluh karena kapal penjaga pantai dan milisi maritim China menghalangi mereka menangkap ikan di wilayah zona ekonomi eksklusif Filipina sepanjang 200 mil.
Marcos mengatakan dia dan Xi sepakat bahwa masalah geopolitik tidak boleh menjadi elemen penentu hubungan kedua negara.
Sejak menjabat pada tahun 2022, Marcos menjalin hubungan yang lebih hangat dengan Amerika Serikat, sekutu perjanjian tersebut. Ini berbeda dengan sikap pendahulunya yang pro-Beijing.
Baca Juga: Pemerintah AS dan Filipina Teken Kesepakatan Perjanjian Nuklir Penting
Marcos memberi Amerika Serikat akses lebih besar ke pangkalan militernya, termasuk di provinsi-provinsi yang menghadap Laut China Selatan dan Taiwan yang diperintah secara demokratis, sehingga memicu kemarahan Beijing.
Ketegangan di wilayah tersebut, tempat China membangun pulau-pulau buatan dengan rudal dan landasan udara, semakin meningkat tahun ini.
“Saya rasa tidak ada orang yang ingin berperang,” kata Marcos.
China mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan, mengabaikan keputusan Pengadilan Arbitrase Permanen tahun 2016 yang membatalkan klaim ekspansif Beijing.
Kedutaan Besar China di Manila tidak segera menanggapi permintaan komentar yang diajukan Reuters.