Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
TOKYO. Bank of Japan (BOJ) memutuskan untuk menahan diri dalam mendongkrak nilai stimulus rekor pada rapat dewan gubernur hari ini (15/3). Saat ini, BOJ memilih untuk fokus pada dampak dari strategi suku bunga negatif yang mereka terapkan pada Januari lalu.
Dalam pernyataan resminya, Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda dan jajarannya mempertahankan nilai stimulus serta tidak mengubah suku bunga acuan di level minus 0,1%. Kendati begitu, bank sentral menegaskan akan tetap menambah stimulus jika dibutuhkan.
Keputusan tersebut sudah diprediksi sebelumnya oleh 35 dari 40 ekonom yang disurvei Bloomberg.
Melihat target inflasi BOJ yang dipatok 2%, mayoritas analis melihat penambahan stimulus hanya tinggal menunggu waktu saja.
"BOJ akan tetap melakukan aksi wait and see untuk sementara waktu. Saya memprediksi, pelonggaran kebijakan akan dilakukan pada Juli, saat data harga akan secara jelas menunjukkan apakah mereka mencapai target atau sebaliknya," jelas Yasuhide Yajima, chief economist NLI Research Institute.
Pasca pengumuman kebijakan BOJ, pukul 12.37 waktu Tokyo, yen diperdagangkan di posisi 113,68 per dollar AS. Jika dibandingkan dengan posisi awal tahun ini, yen sudah menguat hampir 6%.
Apresiasi yen menggerus potensi keuntungan dari penggelontoran stimulus yang sudah dilakukan BOJ. Pasalnya, saat yen menguat, laba perusahaan -khususnya perusahaan berbasis ekspor- akan terkikis. Di sisi lain, penguatan yen juga akan berisiko pada inflasi karena akan menurunkan biaya impor.
