kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.774   -14,00   -0,09%
  • IDX 7.460   -19,91   -0,27%
  • KOMPAS100 1.153   -1,43   -0,12%
  • LQ45 914   0,41   0,05%
  • ISSI 225   -1,12   -0,49%
  • IDX30 472   0,95   0,20%
  • IDXHIDIV20 569   1,36   0,24%
  • IDX80 132   0,02   0,01%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,24   0,16%

Fund manajer terbesar dunia pilih investasi di negara berkembang termasuk Indonesia


Senin, 20 Juli 2020 / 15:43 WIB
Fund manajer terbesar dunia pilih investasi di negara berkembang termasuk Indonesia
ILUSTRASI. BlackRock memperbesar saham di negara berkembang. FILE PHOTO: A sign for BlackRock Inc hangs above their building in New York U.S., July 16, 2018. REUTERS/Lucas Jackson/File Photo


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Fund manager terbesar di dunia, BlackRock mengambil keuntungan di pasar saham negara-negara yang terkena dampak pandemi virus corona seperti China. Setelah reli kencang, fund manager berencana mengalihkan sebagian dana ke pasar negara berkembang yang dianggap dalam tahap pemulihan.

Gordon Fraser, co-head of global emerging markets equities BlackRock Inc seperti dikutip Bloomberg mengatakan, BlackRock mulai menaruh dana pada saham di negara-negara seperti India, Indonesia, Rusia dan Meksiko yang paling terpukul pandemi virus corona. Ini karena prospek pemulihan ekonomi cukup besar dan sangat fleksibel. 

Baca Juga: Resesi ekonomi Singapura tidak berdampak langsung ke ekonomi Indonesia

Menurut Fraser seperti dikutip Bloomberg, negara-negara ini memiliki tingkat utang berkelanjutan, nilai tukar mengambang, serta populasi yang tangguh untuk menghadapi guncangan ekonomi. BlackRock saat ini mengelola dana sekitar US$ 7,3 triliun dalam pada akhir Juni 2020. 

BlackRock bersama dengan DWS Group dan HSBC Holdings Plc menunjukkan kinerja saham China yang baru-baru ini unggul menjadi alasan mereka untuk mengambil bagian dalam berinvestasi di negara tersebut. 

MSCI China Index telah menguat lebih dari 40% dari level terendah 19 Maret di tengah tanda-tanda pemulihan ekonomi dari pandemi virus corona. Ini juga berkat dukungan media yang dikelola pemerintah dan beberapa hari terakhir pemerintah China bertindak untuk mendinginkan hiruk pikuk spekulatif. 

"Mengurangi anggapan miring menjadi keuntungan sendiri dan mereka telah melakukannya dengan baik," kata Fraser. Fund manager yang berbasis di Hong Kong ini mengelola dana US$ 1,3 miliar mengalahkan 93% rekan-rekan dalam tiga tahun terakhir berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Bloomberg

Baca Juga: Menyikapi outlook negatif ekonomi dunia dari IMF

"Kami mengambil bagian cukup besar di China. Dan kami tidak memiliki anggapan negatif. Kami hanya lebih positif pada peluang lain yang belum menikmati peningkatan ekonomi," kata Fraser. 

Bahkan saat beberapa fund manager mengurangi eksposur ke saham China. Fraser meningkatkan kepemilikan selama periode Januari-Februari bahkan ketika virus corona mengamuk di China.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×