Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - LIVERPOOL. Negara-negara anggota G7 pada hari Minggu (12/12) menyatakan bahwa Iran harus segera menghentikan eskalasi nuklirnya. Kelompok negara kaya ini juga mendesak Iran untuk menyetujui kesepakatan yang membatasi produksi nuklir.
Para menteri luar negeri G7 melakukan pertemuan selama dua hari di Liverpool, Inggris, untuk membahas beragam agenda yang berkaitan dengan ancaman global. Pemanfaatan nuklir sebagai senjata menjadi salah satu topik paling hangat.
Dilansir dari Arab News, Menteri Luar Negeri Liz Truss mengatakan, pembicaraan berikutnya di Wina adalah kesempatan terakhir bagi Iran untuk datang ke meja perundingan dengan resolusi yang matang.
"Masih ada waktu bagi Iran untuk datang dan menyetujui kesepakatan ini. Komunike terakhir dari pembicaraan kali ini mengatakan bahwa Iran harus menghentikan eskalasi nuklirnya," ungkap Truss.
Pernyataan Truss akhir pekan lalu juga menjadi pertama kalinya penandatangan kesepakatan asli memberikan ultimatum untuk Iran.
Kesepakatan nuklir Iran, atau secara resmi disebut Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), ditandatangain oleh Iran, Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, AS, China, dan Uni Eropa pada 14 Juli 2015 silam.
Baca Juga: Inggris-Israel sepakat tidak akan membiarkan Iran memiliki senjata nuklir
Negosiasi terkait kesepakatan nuklir Iran dimulai kembali pada hari Kamis (9/12) dengan harapan bisa menghidupkan kembali kesepakatan yang lahir tahun 2015. Penarikan diri AS tahun 2018, yang kala itu dipimpin Presiden Donald Trump, membuat kesepakatan ini terabaikan dan Iran kembali aktif dalam proyek nuklirnya.
Iran yang terus ditekan selalu mengklaim hanya ingin mengembangkan teknologi nuklir untuk kepentingan sipil. Iran menilai negara-negara Barat telah membuat laporan yang salah mengenai proyek nuklirnya.
AS dan mitranya di Barat telah berulang kali menuduh persediaan uranium yang diperkaya milik Iran telah melampaui batas dan dapat digunakan untuk mengembangkan senjata nuklir.
Presiden AS Joe Biden mengatakan dia siap untuk kembali ke kesepakatan dan para pejabat Iran mempertahankan bahwa mereka serius untuk berkomitmen pada pembicaraan itu. Di lain pihak, Iran dianggap mengulur waktu dan berusaha menghindari lahirnya kembali kesepakatan nuklir.