Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - MANILA. Konferensi tingkat tinggi (KTT) Asia Pasifik gagal untuk mengomunikasikan langkah negara-negara tertentu terkait proteksionisme. Salah seorang diplomat China, pihaknya memberikan kecaman terselubung dengan Washington.
Dus, hal ini semakin memudarkan hubungan baik antara China dan Amerika Serikat (AS) menjelang pertemuan G20.
Di lain pihak, setelah percekcokan perang dagang yang terjadi selama berbulan-bulan. Masalah sengketa antara laut China Selatan dengan klaim Taiwan mulai memberikan angin segar.
Pasalnya, Presiden kedua negara tersebut tengah berupaya menyelesaikan perkara ini lewat panggilan telepon pada awal bulan November 2018.
Sementara itu, Reuters melansir pada Selasa (20/11) Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menyatakan optimisme kedua belah pihak tentang rencana penyelesaian perang dagang mereka menjelang pertemuan G20 yang rencananya digelar akhir pekan depan di Argentina telah tersendat lagi.
Sebabnya, pertemuan Asia-Pasific Economic Cooperation (APEC) pada akhir pekan ini di Port Mosby berakhir dengan perselisihan. Hal ini diakhiri dengan perselisihan antara AS dan China atas perdagangan, keamanan dan pemilihan tentang mitra investasi yang lebih baik untuk kawasan Asia Pasifik.
Peristiwa ini menandakan bahwa untuk pertama kalinya, para pemimpin di dunia yang berkumpul gagal untuk menyetujui kesepakatan bersama, dengan latar belakang perang dagang yang sengit.
Ketidakmampuan untuk mencapai komunike (kesepakatan bersama) menurut Diplomat China, dan Penasihat Negara Wang Yi dalam situs web kementerian luar negeri Senin (19/11) malam mengatakan hal ini bukan yang tidak disengaja.
"Utamanya ini menegaskan bahwa ada satu individu ekonomi memaksakan teks mereka sendiri pada pihak lain, memaafkan proteksionisme dan unilateralisme, dan tidak menerima revisi yang wajar dari China dan pihak lain," kata Wang, tanpa menyebut negara manapun.
Lanjut Wang, tindakan ini menyebabkan ketidakpuasan di antara banyak pelaku ekonomi, termasuk China dan jelas tidak sejalan dengan prinsip konsensus yang dipatuhi APEC.
Pada hari Senin lalu, Kementerian Luar Negeri China juga mengatakan bahwa Amerika Serikat yang delegasinya dipimpin oleh Wakil Presiden Mike Pence menghadiri konferensi APEC dalam kobaran kemarahan. Dan menyebut bahwa China menolak untuk masuk ke ring tinju.
Pence mengatakan, Amerika Serikat tidak akan mundur dari sengketa perdagangan dan bahkan mungkin menggandakan tarif. Kecuali Beijing tunduk pada tuntutan AS.
Merespon hal tersebut, pihak delegasi China menyindir atas janji pembiayaan pembangunan di wilayah Indo-Pasifik oleh AS sebesar US$ 60 miliar yang disebut sebagai layanan bibir (lip service).
"Kami mencatat bahwa beberapa suara khawatir apakah AS dapat menepati janji-janjinya dan apakah mereka hanya membayar untuk layanan bibir," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Geng Shuang.
Ia pun menambahkan bahwa China berharap kekhawatiran tersebut tidak terjadi. Akibat persaingan dagang yang sengit antara China dan Amerika Serikat, dua negara dengan tingkat ekonomi terbesar di dunia ini pun memberi dampak negatif ke pasar keuangan, dengan saham dunia jatuh pada Senin sebagian karena ketegangan yang terus terjadi.