kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Gangguan medis selama pandemi Covid-19 meningkatkan angka kematian akibat malaria


Selasa, 07 Desember 2021 / 14:57 WIB
Gangguan medis selama pandemi Covid-19 meningkatkan angka kematian akibat malaria
ILUSTRASI. Nyamuk Anopheles stephensi mengambil darah dari inang manusia.


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - DAKAR. Keterbatasan fasilitas medis di tengah pandemi Covid-19 menyebabkan angka kematian akibat malaria melonjak di tahun 2020. WHO mencatat, jumlahnya naik hingga 69.000 dari tahun sebelumnya.

Dikutip dari Reuters, laporan malaria tahunan WHO menunjukkan bahwa ada lebih dari 627.000 orang di seluruh dunia, kebanyakan adalah bayi di Afrika, telah meninggal karena malaria di sepanjang tahun 2020. Jumlahnya naik cukup signifikan dari tahun 2019 yang ada di angka 558.000.

WHO mengakui bahwa sekitar dua pertiga dari kematian malaria tambahan pada tahun 2020 disebabkan oleh pembatasan virus corona yang mengganggu pencegahan, diagnosis dan pengobatan dasar terkait malaria.

Meskipun demikian, WHO cukup bersyukur karena dunia bisa terhindar dari ancaman yang lebih buruk dari malaria di tengah segala keterbatasan yang ada. Sebelumnya, WHO memperkirakan bahwa angka kematian akibat malaria di kawasan Sub-Sahara bisa naik hingga dua kali lipat pada 2020. Namun, hal itu tidak terjadi.

Pada kenyataannya, kematian akibat malaria di kawasan tersebut tetap naik sekitar 12% jika dibandingkan tahun 2019.

"Berkat upaya mendesak dan berat, kami dapat mengklaim bahwa dunia telah berhasil mencegah skenario terburuk kematian akibat malaria," ungkap Pedro Alonso, direktur program malaria global WHO.

Baca Juga: Peneliti menyebut virus corona varian Omicron cenderung memicu gejala ringan

Pada awal Oktober lalu, WHO telah merekomendasikan agar vaksin malaria RTS,S atau Mosquirix, yang dikembangkan oleh pembuat obat Inggris GlaxoSmithKline (GSK), diberikan secara luas kepada anak-anak di Afrika.

Abdourahmane Diallo, kepala eksekutif kelompok advokasi RBM (Roll Back Malaria) Partnership to End Malaria, mengatakan bahwa distribusi vaksin akan bisa dipercepat berkat adanya banyak bantuan, baik berupa dana maupun alat.

"Dengan peningkatan pendanaan, akses ke alat penyelamat jiwa, dan inovasi kuat, kami dapat mempercepat tindakan transformatif dan mengakhiri malaria dalam satu generasi," ungkap Diallo, seperti dikutip Reuters.

Lebih lanjut, Diallo mendesak para pemimpin dunia untuk memperbarui komitmen investasinya di tengah situasi kritis seperti saat ini.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×