Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Bank Dunia akan memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi global karena wabah virus corona. Langkah ini dilakukan Bank Dunia di tengah kekhawatiran epidemi di China yang akan membahayakan rantai pasokan global.
Melansir South China Morning Post, pada bulan lalu, Bank Dunia memperkirakan kemungkinan terjadinya rebound pada pertumbuhan global tahun ini setelah ketegangan perdagangan antara AS dan Cina yang telah berkontribusi pada penurunan 2019 mulai mereda.
Akan tetapi, Presiden Bank Dunia David Malpass memperingatkan, virus yang telah menewaskan ratusan orang di China dan menutup bisnis dan perbatasan menjadi ancaman bagi prediksi tersebut.
Baca Juga: Virus corona menyengat ekspansi kredit perbankan
"Akan ada penurunan perkiraan untuk setidaknya pada paruh pertama tahun 2020," katanya seperti yang dikutip South China Morning Post.
"Banyak barang dari China yang dikirim ke seluruh dunia dan banyak pesawat yang mengangkut penumpang," tambah Malpass.
Akan tetapi, maskapai di seluruh dunia telah menangguhkan penerbangan ke dan dari China dan beberapa negara tetangga telah menutup perbatasan mereka. "Harus ada penyesuaian rantai pasokan sehingga barang yang keluar bisa memenuhi operasi seluruh ekonomi dunia," jelasnya.
Baca Juga: Kian mencekam, korban virus corona di Provinsi Hubei bertambah 65 menjadi 479 jiwa
Dalam prediksi terbarunya, Bank Dunia memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh 2,5% tahun ini, dari 2,4% tahun lalu.
Malpass juga membahas prospek ekonomi dengan Janet Yellen, mantan pimpinan Federal Reserve AS. Yellen juga setuju bahwa virus itu akan mengganggu pertumbuhan.
"Virus pasti memiliki efek signifikan setidaknya selama satu kuartal atau paruh pertama terhadap ekonomi China. Mengingat bobot ekonominya, yang pasti akan memukul ekonomi global," kata Yellen.
Baca Juga: Mengungkap rahasia China bangun rumah sakit corona bak Roro Jonggrang
Bank Dunia pada hari Senin menyerukan negara-negara di seluruh dunia untuk memperkuat sistem pengawasan dan respons kesehatan mereka. Bank Dunia juga mengatakan, mereka sedang mengamati sumber daya dan keahlian apa yang dapat dikontribusikannya untuk memerangi penyakit ini.
Virus ini telah menewaskan lebih dari 400 orang di Cina, melebihi 349 korban jiwa yang disebabkan oleh wabah Sindrom Pernafasan Akut Parah (Sars) tahun 2002-2003, yang akhirnya menewaskan hampir 800 orang secara global.