kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.267.000   -15.000   -0,66%
  • USD/IDR 16.638   8,00   0,05%
  • IDX 8.166   73,60   0,91%
  • KOMPAS100 1.140   14,92   1,33%
  • LQ45 837   14,10   1,71%
  • ISSI 284   1,36   0,48%
  • IDX30 440   7,08   1,63%
  • IDXHIDIV20 508   9,69   1,94%
  • IDX80 129   2,21   1,75%
  • IDXV30 138   1,87   1,37%
  • IDXQ30 140   1,63   1,17%

Gelombang PHK Global Meluas: Amazon, Nestle, hingga UPS Pangkas Ribuan Pekerjaan


Rabu, 29 Oktober 2025 / 16:46 WIB
Gelombang PHK Global Meluas: Amazon, Nestle, hingga UPS Pangkas Ribuan Pekerjaan
ILUSTRASI. Sejumlah perusahaan besar dunia tengah mempercepat langkah pemutusan hubungan kerja (PHK) di tengah perlambatan ekonomi global,. REUTERS/Pascal Rossignol


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan besar dunia tengah mempercepat langkah pemutusan hubungan kerja (PHK) di tengah perlambatan ekonomi global, menurunnya sentimen konsumen, serta meningkatnya penerapan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang mulai menggantikan sejumlah pekerjaan manusia.

Menurut catatan Reuters, perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat telah mengumumkan lebih dari 25.000 PHK sepanjang bulan ini, belum termasuk 48.000 karyawan UPS yang terdampak sejak awal 2025. Di Eropa, jumlah PHK telah melampaui 20.000, dengan Nestlé menjadi penyumbang terbesar setelah memangkas 16.000 posisi pada pekan lalu.

Dengan belum tersedianya data resmi akibat penutupan sebagian pemerintahan AS — yang kini menjadi salah satu shutdown terpanjang dalam sejarah — para investor kini mengamati laporan-laporan PHK individual sebagai indikator arah ekonomi.

“Investor bertanya-tanya, apa arti semua ini? Apa gambaran besar yang sebenarnya terjadi?” ujar Adam Sarhan, CEO 50 Park Investments di New York. “PHK besar seperti di Amazon menunjukkan ekonomi sedang melambat. Tidak mungkin terjadi gelombang PHK besar saat ekonomi sedang kuat,” tambahnya.

CEO Tekan Hasil dari Investasi Besar di AI

Raksasa e-commerce Amazon mengumumkan rencana memangkas hingga 14.000 posisi di level korporat, bergabung dengan Target dan Procter & Gamble yang juga melakukan langkah serupa. Laporan Reuters menyebutkan jumlah total PHK Amazon bisa mencapai 30.000 posisi.

Baca Juga: Amazon Bakal Pangkas hingga 30.000 Pekerjaan Korporat, Jadi PHK Terbesar Sejak 2022

Motif di balik pemangkasan tenaga kerja bervariasi. Beberapa perusahaan seperti Target dan Nestlé memiliki CEO baru yang ingin melakukan restrukturisasi besar-besaran. Sementara itu, produsen pakaian bayi Carter’s memangkas 15% karyawan kantornya akibat tekanan tarif impor tinggi yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump.

Namun, yang menarik perhatian adalah fokus PHK terhadap pekerja kantoran (white-collar) yang rentan tergantikan oleh otomasi berbasis AI, bukan pekerja pabrik atau ritel. Sejumlah analis menilai langkah Amazon dapat menjadi tanda awal pergeseran struktural besar saat perusahaan berusaha membuktikan efektivitas investasi miliaran dolar di bidang AI.

PHK Target berdampak pada sekitar 8% staf korporatnya, sedangkan Amazon hanya memangkas sebagian kecil dari total 1,5 juta karyawan globalnya.

Survei terbaru KPMG terhadap eksekutif di AS pada September 2025 menunjukkan, investasi rata-rata perusahaan pada AI naik 14% sejak kuartal pertama, menjadi US$130 juta untuk setahun ke depan. Sebanyak 78% eksekutif mengaku mendapat tekanan kuat dari dewan dan investor untuk menunjukkan bahwa AI mampu menghemat biaya dan meningkatkan laba.

Menurut analis Bank of America, pekerjaan yang paling berisiko tergantikan oleh AI adalah posisi level pemula dengan tugas rutin yang mudah diotomasi. Namun, hingga kini sektor-sektor seperti informasi, keuangan, dan jasa profesional justru masih mencatat pertumbuhan lapangan kerja bersamaan dengan peningkatan penggunaan AI.

“Saya masih enggan menyebut ini dampak langsung dari AI,” ujar Allison Shrivastava, ekonom di Indeed Hiring Lab, Saratoga Springs, New York. “AI berpotensi memengaruhi pasar tenaga kerja, tetapi sejauh ini dampaknya belum terlalu kuat.”

Pasar Tenaga Kerja AS Stagnan: “Low-Hiring, Low-Firing”

Dengan pemerintah AS masih dalam kondisi shutdown, data ekonomi menjadi terbatas. Statistik mingguan pengangguran belum menunjukkan lonjakan PHK yang signifikan, tetapi pertumbuhan lapangan kerja tetap lemah.

Baca Juga: Gelombang PHK Melanda Eropa, Ini Daftar Perusahaan yang Melakukan Efisiensi di 2025

Perusahaan penggajian ADP memperkirakan hanya ada penambahan 14.250 pekerjaan dalam empat minggu yang berakhir pada 11 Oktober.

Meski banyak berita utama soal PHK, para ekonom menilai pasar tenaga kerja AS kini terjebak dalam fase “low-hiring, low-firing” — yakni perusahaan enggan merekrut baru sekaligus menahan diri dari PHK massal. Banyak perusahaan memilih tidak mengganti posisi kosong yang ditinggalkan karyawan lama.

Jika gelombang PHK meluas, hal itu dikhawatirkan dapat melemahkan kepercayaan konsumen dan menekan perekonomian AS yang sudah menghadapi tekanan dari tarif perdagangan dan inflasi tinggi di atas target Federal Reserve.

“Kondisi ini bisa disebut sebagai situasi ‘menahan napas’,” kata Shrivastava. “Lingkungan ‘low-hire, low-fire’ membuat banyak perusahaan seakan menunggu dan melihat, berusaha memahami ke mana arah ekonomi akan bergerak.”

Selanjutnya: Rencana Diet Menurunkan Berat Badan dalam 7 Hari, Mau Coba?

Menarik Dibaca: Rencana Diet Menurunkan Berat Badan dalam 7 Hari, Mau Coba?




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×