Reporter: Dyah Megasari, Reuters, Business Standard |
HONG KONG. Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) mengancam industri bank investasi dan bisnis brokerage di Asia. Pemicunya adalah, krisis sistemik yang terjadi di Eropa dan perlambatan ekonomi di China membuat aktivitas transaksi keuangan, khususnya pasar modal tertahan cukup parah.
Sumber Reuters membisikkan, setidaknya dalam tiga minggu terakhir, 50 orang bankir kehilangan pekerjaan di bidang ini. Pengurangan karyawan bahkan mencakup para ekspatriat dan para bankir junior.
PHK terutama dilakukan pada divisi perdagangan ekuitas. Kemungkinan, PHK lebih besar akan terjadi beberapa pekan ke depan.
Masih dari sumber yang sama, efisiensi rupanya dilakukan di bank yang sudah memiliki nama besar. Di antaranya adalah CLSA, Deutsche Bank, Goldman Sachs dan UBS.
"Ini merupakan respon terhadap kondisi pasar yang lebih buruk dari yang diantisipasi. Selain itu, terdapat kapasitas yang berlebihan dalam industri ini. Kami telah membuat keputusan yang sulit," tutur Anna Tehan, juru bicara CLSA.
Perlu diketahui, CLSA merupakan perusahaan broker yang tengah fokus di Asia dan membanggakan diri selama bertahun-tahun berhasil meminimalisasi PHK dengan cara mengurangi gaji karyawan namun tetap mereka tetap bekerja di tengah situasi genting.
"Sebagian kecil tenaga kerja kami sudah diperbaharui," ujarnya, enggan menyebutkan berapa angka PHK di CLSA.
Dua sumber CLSA membocorkan, dalam dua minggu etrakhir, PHK besar dilakukan di Asia. Di antaranya adalah 25 staf di Hong Kong dan 10 orang dari India. Semuanya berasal dari divisi penjualan dan riset.
Ada PHK lebih besar
David Azar, managing director, Pemberton Stewart mencatat, setidaknya, hingga saat ini bank investasi sudah memangkas 5%-7% staf yang dimiliki.
"Biasanya, PHK lebih besar akan terjadi antara November dan Desember. Kami melihat ada gelombang PHK lebih besar bulan depan," ungkapnya.
Asia selama ini digadang-gadang menjadi wilayah yang sangat tahan terhadap krisis. Perusahaan brokerage membidik negara berkembang untuk menutupi bisnisnya yang bolong di negara maju.
Rupanya, melambatnya aktivitas bisnis di China tak bisa dihindari. "Saya kecewa. Tapi untuk beberapa hal saya lega menjadi bagian yang kehilangan pekerjaan di babak awal. banyak karyawan yang cemas dan bertanya-tanya, apakah saya yang berikutnya? Ini adalah lingkungan kerja yang sangat mengerikan," ujar Lister Cassandra, yang baru-baru ini melepaskan jabatannya sebagai managing director di Societe Generale Hong Kong.
Banyak yang cukup bangga dengan iklim investasi emerging market. Jika benar-benar tahan terhadap guncangan krisis, seharusnya PHK ini tak terjadi.