kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Geser China, India jadi mesin ekonomi Asia


Selasa, 19 September 2017 / 08:57 WIB
Geser China, India jadi mesin ekonomi Asia


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - India diramalkan bakal menjadi mesin pertumbuhan ekonomi Asia menggeser China. Bonus demografi alias jumlah populasi muda yang dominan akan menjadi modal India menggerakkan ekonominya.

Sebaliknya China akan dihadapkan pada masalah populasi yang makin menua. Survei yang dilakukan Deloitte LLP menyebutkan, jumlah orang berusia 65 tahun ke atas di Asia akan meningkat dari 365 juta pada saat ini menjadi setengah miliar pada tahun 2027 mendatang. Jumlah tersebut menyumbang 60% dari kelompok usia tersebut secara global pada tahun 2030.

Menurut Deloitte, India akan mendorong gelombang besar pertumbuhan tenaga kerja di Asia. Potensi tenaga kerja diperkirakan akan meningkat dari 885 juta menjadi 1,08 miliar orang dalam 20 tahun ke depan.

"India akan mencakup lebih dari separuh kenaikan tenaga kerja di Asia dalam dekade mendatang. Namun ini, bukan sekedar cerita tentang lebih banyak pekerja," kata Anis Chakravarty, ekonom Deloitte India seperti dikutip Bloomberg, kemarin. Menurut dia, pekerja tersebut harus lebih terlatih dan terdidik daripada tenaga kerja India yang ada saat ini.

Chakravarty mengatakan, peningkatan ekonomi akan datang bersamaan berkat meningkatnya jumlah perempuan dalam angkatan kerja serta peningkatan kemampuan dan minat untuk bekerja lebih lama. "Efeknya pada bisnis sangat besar," ujar dia.

India bukan satu-satunya

Meski begitu, India bukan satu-satunya negara yang masa depan ekonominya ditopang bonus demografi. Indonesia dan Filipina juga memiliki modal serupa. Menurut Deloitte, hal ini menunjukkan dua negara tersebut akan mengalami pertumbuhan serupa.

Tapi Deloitte mengingatkan, modal tersebut harus diimbangi dengan tenaga kerja kerja yang bisa menopang dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Populasi yang berkembang juga dapat dihadapkan pada pengangguran dan kerusuhan sosial.

Deloitte menyebutkan negara yang menghadapi tantangan terbesar dari dampak penuaan warganya diantaranya China, Hong Kong, Taiwan, Korea, Singapura, Thailand dan Selandia Baru. Di Australia bahkan akan melampaui Jepang. Sebab warga dengan usia tua semakin bertambah.

Namun untungnya, Australia terbilang bersahabat dengan para imigran. Sehingga Negeri Kanguru itu bisa mengatasi persoalan pasokan tenaga kerjanya

Jepang juga berpeluang terhindar dari risiko ekonomi dari populasi yang makin menua. Jepang akan meningkatkan barang konsumsi untuk orangtua, perumahan, infrastruktur sosial serta pengelolaan aset dan asuransi.

Menurut Deloitte, Asia perlu menyesuaikan diri dengan ledakan populasi yang berusia lebih dari 65 tahun. Asia perlu memelihara usia pensiun dengan membuat program yang membangun. Selain itu, meningkatkan lebih banyak perempuan dalam angkatan kerja.



TERBARU

[X]
×