kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Goldman: Beberapa negara berpotensi terpental dari UE


Senin, 07 November 2011 / 15:08 WIB
Goldman: Beberapa negara berpotensi terpental dari UE
Dusdusan.com Mulai Diversifikasi Produk (11/9/2017). Foto: KONTAN/DOK Dusdusan.com


Sumber: Reuters | Editor: Rizki Caturini

LONDON. Goldman Sachs Asset Management berpendapat, beberapa negara-negara anggota Uni Eropa (EU) bisa terpental keluar dari zona euro. Negara seperti Portugal, Irlandia, Finlandia dan Yunani lebih baik keluar dari UE daripada mengoperasikan mata uang tunggal.

Juru bicara Goldman Sachs, Jim O'Neill, bilang, Jerman menginginkan sistem fiskal yang menyatu serta pengawasan sentral yang lebih ketat. "Dengan adanya peringatan itu, sulit bagi seluruh negara yang tergabung dalam UE bertahan dengan euro, termasuk Yunani," katanya.

Hanya negara-negara seperti Jerman, Prancis dan Benelux yang cocok dengan sistem moneter yang menyatu. Karena nilai tukar uang mereka sangat berhubungan erat. Namun, tak begitu dengan negara-negara anggota lainnya.

Negara-negara seperti Finlandia dan Irlandia yang merupakan tetangga dari negara non-euro seperti UK dan Swedia, mungkin lebih memilih untuk berhenti menggunakan euro.

Sementara, kesepakatan bailout kepada Yunani tak akan menyelesaikan krisis. Europe Central Bank (ECB) juga dibutuhkan untuk membeli obligasi.

Italia tampaknya akan menjadi pesakitan selanjutnya setelah Yunani. Yields obligasi bertenor 10 tahun Italia mencapai 6,38% mendekati ambang batas 7%. Hal ini mencerminkan ketidakstabilan ekonomi negara itu.

Seorang anggota ECB Sabtu lalu mengatakan, sering terjadi perdebatan untuk mengakhiri pembelian obligasi Italia. Apalagi jika negara ini tidak melakukan reformasi ekonomi. Itu mengisyaratkan, komitmen ECB untuk mendukung Italia tidak terlalu besar.

Italia mungkin membutuhkan pemerintahan baru yang membuat kebijakan ekonomi baru bagi Italia. "Tapi itu juga masih sangat rapuh, pasar butuh kepemimpinan yang lebih kuat dari negara-negara ini dan juga dari ECB," katanya.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×