Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Induk usaha Google, Alphabet Inc, melaporkan pendapatan pada kuartal kedua mencapai US$ 69,69 miliar yang 81% di antaranya berasal dari bisnis periklanan Google. Angka tersebut mendekati prediksi para analis yang memproyeksi sebesar US$ 69,88 miliar.
Penghasilan yang diraih Google ini cukup positif di tengah melambatnya perolehan iklan, akibat inflasi tinggi. Tak hanya itu, harga sahamnya juga tumbuh hingga 5,5% dalam perdagangan bursa hari ini.
Pengiklan perjalanan dan ritel mendorong penjualan iklan penelusuran Google naik hampir 14% menjadi US$40,69 miliar pada kuartal kedua, mengalahkan perkiraan FactSet sebesar US$40,15 miliar.
Baca Juga: Saham Media Sosial Anjlok, Twitter dan Snap Waspada Pengurangan Belanja Iklan Digital
Penjualan iklan Google mengalahkan ekspektasi para analis. Namun, perusahaan ini tetap memilih berhati-hati, dan untuk sementara menghentikan perekrutan. Tiga eksekutif Alphabet menyatakan kehati-hatian di tengah ketidakpastian ekonomi dan mundurnya pengeluaran dari pengiklan.
Eksekutif Alphabet mengatakan, Google tidak kebal terhadap kemunduran yang disebabkan oleh pelanggan yang menghadapi kekurangan produk, berkurangnya permintaan dan berbagai faktor lainnya. Kenaikan upah dan kenaikan harga bahan bakar yang lebih tinggi, dan kenaikan pada barang-barang lainnya juga telah memaksa beberapa pembeli iklan untuk memangkas pemasaran mereka tahun ini.
Kendati demikian, Google telah melewati badai yang lebih baik daripada perusahaan media sosial. Google mendatangkan pendapatan melalui berbagai fitur yang lebih luas di pasar iklan, dan iklan penelusuran bisa lebih murah untuk pelanggan karena sering kali hanya berisi teks.
Pelanggan terkadang memprioritaskan iklan pencarian karena pemasaran biasanya menargetkan orang-orang yang secara aktif mencari item terkait, sehingga menghasilkan pengembalian yang lebih baik.
"Google relatif berada dalam posisi yang baik untuk menghadapi masa depan yang berombak," kata analis Insider Intelligence Evelyn Mitchell.
Baca Juga: Google Tawarkan Kompensasi Ini untuk Menyelesaikan Gugatan Hukum Pengembang Aplikasi
Sejumlah faktor telah menimbulkan kekhawatiran tentang prospek Alphabet kedepan. Perusahaan multinasional besar AS, termasuk Alphabet, semakin sedikit menghasilkan uang tunai saat mengkonversi pendapatan asing karena dolar yang lebih kuat.
Alphabet mengatakan, penjualan akan mendekati US$ 72 miliar jika bukan karena fluktuasi mata uang. Sekitar 55% dari penjualan perusahaan berasal dari luar Amerika Serikat.
Chief Financial Officer Alphabet Ruth Porat mengatakan dampak mata uang akan lebih besar pada kuartal ketiga.
Dalam pengawasan oleh regulator antimonopoli di lima benua, Google telah mengambil bagian yang lebih kecil dari penjualan aplikasi yang dikembangkan oleh pembuat perangkat lunak luar. Pengguna juga menghabiskan lebih sedikit untuk aplikasi pada kuartal kedua, kata Porat.
Pukulan lain datang dari penangguhan penjualan Google di Rusia karena perang Ukraina, dan fluktuasi pendapatan iklan YouTube karena opsi pengiklannya naik turun popularitasnya.
Penjualan Google Cloud tercatat menurun dari target analis sebesar $6,4 miliar, yang hanya mencapai senilai US$6,3 miliar, dan iklan YouTube juga turun US$ 7,3 miliar dibandingkan dengan perkiraan yaitu sekitar US$7,5 miliar, menurut FactSet.
Awal bulan ini, Google kehilangan langkah besar baru ketika Netflix Inc (NFLX.O) mengatakan telah memilih teknologi iklan Microsoft Corp (MSFT.O) untuk membantu terjun pertamanya ke dalam iklan di layanan video streaming.
Baca Juga: Google: Ponsel Apple dan Android Diretas oleh Spyware Italia
Google, seperti banyak rekan-rekannya, baru-baru ini mulai memperlambat perekrutan di beberapa divisi untuk mengelola pengeluaran dengan lebih baik karena investor terbiasa dengan margin kotor setinggi 60%.
Tetapi pada saat yang sama, Alphabet memperluas jejak komputasi awannya, membangun kantor baru dan membawa layanan internet Google Fiber ke lingkungan baru.
Laba kuartal kedua Alphabet turun menjadi US$16 miliar, atau US$1,21 per saham, dibandingkan dengan perkiraan rata-rata US$1,29 per saham. Keuntungan Alphabet seringkali tidak dapat diprediksi, karena melihat keuntungan atau kerugian sporadis dalam kepemilikannya di banyak perusahaan rintisan.
Saham Alphabet telah jatuh lebih dari 27% sepanjang tahun ini menjelang hasil kuartalan, mengalahkan indeks S&P 500 (.SPX) yang lebih luas.