Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - COPPENHAGEN. Greenland tengah mendekati investor dan perusahaan konstruksi China untuk membantu memperluas tiga bandara. Langkah ini menyebabkan kekhawatiran pada pemerintah Denmark bahwa keterlibatan China di wilayah Arktik tersebut bisa mengganggu sekutu dekatnya, Amerika Serikat (AS).
Kepentingan China di Greenland, yang merupakan daerah otonom dalam Kerajaan Denmark, muncul setelah Beijing pada Januari lalu menetapkan ambisi untuk membentuk "Polar Silk Road" dengan mengembangkan jalur pelayaran Artik dan mendorong perusahaan untuk membangun infrastruktur di Arktik.
Greenland, juga ingin mendapatkan manfaat dari meningkatnya aktivitas di wilayah Arktik. Pemerintah Greenland berencana untuk memperluas bandara di ibu kota Nuuk, pusat wisata di Ilulissat dan di Qaqortoq di selatan Greenland untuk memungkinkan penerbangan langsung dari Eropa dan Amerika Utara.
Greenland memang kekurangan infrastruktur untuk populasi kecilnya yang hanya 56.000, tidak memiliki jalan yang bagus antara 17 kota di negara itu dan untuk saat ini, hanya satu bandara internasional komersial, di Kangerlussuaq, Greenland barat.
Selama kunjungan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Greenland Kim Kielsen ke Beijing akhir tahun lalu, delegasi tersebut bertemu dengan perwakilan perusahaan rekayasa dan konstruksi China Communication Construction Co (CCCC) dan Beijing Construction Engineering Group (BCEG).
Sekarang, perusahaan konstruksi Cina telah muncul di daftar 11 perusahaan atau konsorsium yang telah menunjukkan minat pada proyek-proyek dengan perkiraan biaya 3,6 miliar Crown Denmark atau setara dengan US$ 595 juta, menurut Kalaallit Airports, sebuah perusahaan milik negara yang dibentuk untuk membangun, memiliki dan mengoperasikan bandara Greenland.