kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Gubernur Bank Sentral terburuk di dunia (2)


Senin, 01 Oktober 2012 / 11:32 WIB
Gubernur Bank Sentral terburuk di dunia (2)
ILUSTRASI. Kinerja BBRI diproyeksi semakin moncer pasca rights issue, ini rekomendasi analis


Sumber: CNBC |

Ekonomi global terus menghadapi gempuran dan perlambatan. Oleh sebab itu, pengaruh bank sentral sangat besar. Kebijakan mereka telah menjadi titik fokus utama bagi para investor yang selalu mencari tanda-tanda pertumbuhan.

Apakah dalam bentuk sebuah retorika atau perubahan kebijakan moneter secara langsung, setiap langkah yang diambil oleh gubernur bank sentral di negara ekonomi besar sedang diikuti. Beberapa di antara mereka berhasil memerangi atau mencegah perluasan krisis. Namun ada juga yang sebaliknya.

Dengan latar belakang tersebut, setiap gubernur bank sentral memiliki penilaian tersendiri. Di antara 50 bank sentral yang paling berpengaruh di dunia inilah mereka yang mendapat penilaian buruk dari majalah Global Finance. A adalah penilaian yang berarti "Excellence" dan F berarti "Failure".

Bersiaplah, mungkin di antara nama para bankir ini ada beberapa orang yang akan mengejutkan Anda.

3. Kim Choongsoo

Negara: Korea Selatan

Grade: C

Kim mempertahankan nilai C yang juga diterimanya tahun lalu. Ia mengendalikan bank sentral di negara dengan ekonomi terbesar keempat Asia sejak 2010.

Bank Sentral Korea dinilai terlalu banyak melakukan kesalahan saat mengambil keputusan. Kebijakannya dianggap lebih condong ke arah politik ketimbang untuk memacu kinerja ekonomi negaranya.

Tahun lalu, setidaknya ada enam kali pertemuan dewan gubernur yang membuat keputusan kontroversial. Bank sentral menahan suku bunga ketika pasar sudah melakukan antisipasi kenaikan. Sebaliknya, ketika pasar stabil dan memprediksi tak ada perubahan suku bunga, tiba-tiba suku bunga acuan justru naik.

Yang teranyar, Juli lalu, Kim mengejutkan pasar dengan memotong suku bunga acuan untuk pertama kalinya dalam waktu lebih dari tiga tahun ke 3% di tengah kekhawatiran perlambatan global. Yang menarik, inkonsistensi Kim terlihat dari kebijakan sebelumnya yang berjanji menahan suku bunga tak akan berubah untuk mengendalikan laju inflasi.

Ia menyangkal bahwa kebijakan yang diambil merupakan tanggapan atas tekanan politik dari Presiden Korea Selatan. Padahal indikasi intervensi politik itu sangat jelas, keputusan Kim datang dua hari setelah ia bertemu dengan pejabat pemerintah.

4. Duvvuri Subbarao

Negara: India

Grade: C

Nilai Gubernur Reserve Bank of India (RBI) Duvvuri Subbarao tahun ini kembali dibanting ke posisi 2010 yakni C. Padahal pada 2011, nilainya sempat naik menjadi B-.

Setelah memprioritaskan penanganan laju inflasi yang mencapai 10% dalam beberapa bulan terakhir, bank sentral memutuskan untuk diam setelah melakukan pengguntingan suku bunga hingga 50 basis poin (bps) pada April lalu. Bahkan ketika ekonomi India semakin memburuk, bank sentral juga tak bergeming.

Pertumbuhan India, sebagai ekonomi terbesar ketiga di Asia melambat jadi 5,3% di triwulan pertama dan merupakan pertumbuhan terendah selama sembilan tahun berturut-turut. Juli, bank sentral juga menurunkan outlook pertumbuhan tahun fiskal yang berakhir Maret dari 7,3% jadi 6,5%.

Sikap RBI yang bertujuan untuk melonggarkan kebijakan moneter di tengah impitan krisis justru berlawanan arah dengan bank-bank sentral lainnya di kawasan Asia yang memilih memudahkan syarat pengucuran kredit.

Teguh pada pendiriannya, Duvvari menilai pelonggaran kebijakan tanpa stimulus pertumbuhan berarti hanya akan memperburuk tingkat inflasi. Usaha bank sentral menstabilkan rupee yang bergerak liar dan mencapai rekor terendah di Mei dan Juni, juga disebut sebagai aksi yang sangat lembek dan tidak efektif.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×