Sumber: CoinDesk | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Setelah berlayar di US$ 19.000 selama empat hari terakhir, harga Bitcoin jatuh di bawah US$ 19.000 pada Rabu (7/9).
Mengacu data CoinDesk pada Rabu (7/9) 12.55 WIB, harga Bitcoin bertengger di US$ 18.783,30 atau anjlok 5,15% dalam 24 jam terakhir.
Penurunan harga Bitcoin tersebut mengikuti rilis indeks bulanan Institute of Supply Management (ISM) yang menunjukkan peningkatan tak terduga dalam aktivitas di antara 15 industri.
ISM Agustus menggarisbawahi kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh bank sentral AS untuk memperlambat ekonomi karena berusaha menjinakkan inflasi.
Baca Juga: Bitcoin Tidak Mati, Hanya Membosankan Saat Ini
"September Swoon sedang bermain karena ekonomi yang tangguh membuka jalan bagi pengetatan The Fed lebih lanjut," tulis Analis Pasar Senior Oanda Edward Moya kepada CoinDesk.
"Retail trader mulai panik lagi karena saham dan kripto jatuh di bawah tekanan. Bitcoin menembus di bawah level teknis utama," ungkapnya.
Setelah melonjak pada Selasa (6/9) dan mengungguli Bitcoin, harga Ethereum juga anjlok.
Harga mata uang kripto terbesar kedua berdasarkan nilai pasar itu jatuh 8,36% ke posisi US$ 1.516,12.
Baca Juga: Harga Bitcoin Turun Tipis, Mata Uang Kripto Ini Terbang Tinggi
Kejatuhan ini menyusul kegembiraan atas Merge, perubahan protokol dari proof-of-work menjadi proof-of-stake yang lebih hemat energi memudar.
Dan, menurut Moya, lonjakan imbal hasil obligasi AS yang hampir 3,5%, level tertinggi kedua di tahun ini, merupakan sebuah tanda yang meresahkan.
"Banyak yang mulai meragukan puncak hasil sudah ada dan itu bisa menimbulkan masalah bagi Bitcoin," ujarnya.
"Tekanan jual Bitcoin selanjutnya akan mengarah ke posisi terendah musim panas tepat di level US$ 17.500," prediksi dia.