kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Bitcoin Kembali Menanjak, Bisa Tembus US$ 40.000?


Selasa, 01 Februari 2022 / 13:13 WIB
Harga Bitcoin Kembali Menanjak, Bisa Tembus US$ 40.000?
ILUSTRASI. Harga Bitcoin kembali menanjak pada Selasa (1/2/2022), mencoba kembali menembus level US$ 40.000. REUTERS/Edgar Su


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Harga Bitcoin kembali menanjak pada Selasa (1/2), mencoba kembali menembus level US$ 40.000, di tengah keputusan Reserve Bank of Australia (RBA) menghentikan program quantitative easing (QE).

Mengacu data CoinMarketCap pada Selasa (1/2) pukul 13.00 WIB, harga Bitcoin ada di US$ 38.485,63 atau naik 3,99% dibanding posisi 24 jam sebelumnya dan mendaki 6,65% dalam sepekan terakhir.

Bank sentral Australia mengumumkan berakhirnya pembelian obligasi pemerintah mingguan senilai A$ 4 miliar (US$ 2,8 miliar) dan mempertahankan suku bunga acuan pada rekor terendah 0,1%. 

Sebagian besar ekonom telah memperkirakan akhir QE dari RBA, dengan tingkat pengangguran turun ke level terendah dalam 13 tahun terakhir di 4,2% dan inflasi inti melonjak ke level tertinggi dalam tujuh tahun terakhir di 2,6%.

Baca Juga: Harga Bitcoin Terpangkas 50% dari Rekor Tertinggi, Begini Kata Morgan Stanley

Meski mengikuti jejak bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed) dalam mengakhiri QE, RBA melawan ekspektasi kenaikan suku bunga. 

"Menghentikan pembelian di bawah program pembelian obligasi tidak berarti kenaikan suku bunga jangka pendek," kata Gubernur RBA Philip Lowe dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip CoinDesk. 

"Dewan (Gubernur RBA) siap untuk bersabar (tidak mengerek suku bunga) karena memantau bagaimana berbagai faktor yang memengaruhi inflasi di Australia berkembang," ujarnya.

Harga Bitcoin hampir berkurang setengah sejak mencapai puncak tertinggi sepanjang masa di dekat US$ 69.000 pada 10 November tahun lalu, terutama karena kekhawatiran pengetatan The Fed yang lebih cepat.

“Bitcoin paling baik dipahami sebagai barang moneter, dan salah satu tesis investasi utama untuk Bitcoin adalah sebagai penyimpan aset nilai di dunia yang semakin digital,” kata Fidelity Digital Assets, seperti dilansir CoinDesk.




TERBARU

[X]
×