Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Harga Bitcoin memulai minggu pertama tahun 2022 di wilayah yang sudah akrab dalam beberapa pekan terakhir, di bawah US$ 50.000.
Data CoinMarketCap menunjukkan, hingga pukul 13.40 WIB, Senin (3/1), harga Bitcoin ada di kisaran US$ 46.800 hingga US$ 47.800.
Setelah menutup tahun 2021 di US$ 47.200, jauh di bawah mayoritas ekspektasi bullish, harga Bitcoin belum melihat tanda-tanda kenaikan.
Hanya, mengutip CoinTelegraph, para analis mengatakan, tahun 2022 bisa segera berubah menjadi lingkungan pasar yang menarik bagi mata ung kripto terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar itu.
Kebijakan bank sentral AS secara luas akan menjadi sentimen potensial dalam beberapa bulan mendatang. The Fed telah mengisyaratkan kenaikan suku bunga tahun ini.
Baca Juga: Dongkrak Harga Shiba Inu, Pembakaran Mata Uang Kripto Meme Ini Kian Masif di 2022
"Sejarah menunjukkan, awal rezim kenaikan suku bunga benar-benar menghasilkan kekuatan pasar saham selama enam bulan," kata Charles Edwards, Founder Capriole, seperti dilansir CoinTelegraph.
“10 dari 13 rezim (77%) sejak 1950-an memiliki pengembalian pasar saham yang positif selama enam bulan pertama, rata-rata naik 5,1%. Kita sedang mendekati awal rezim baru sekarang,” ujarnya.
Bitcoin masih berada di jalur untuk melampaui harga US$ 100.000
Edwards mengatakan, kondisi seperti itu umumnya "baik" untuk harga Bitcoin. Pergolakan lebih lanjut kemungkinan akan berarti bahwa saham terpukul dalam jangka panjang akibat kenaikan suku bunga.
"Tanpa pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi secara signifikan, tidak mungkin program kenaikan suku bunga oleh The Fed akan memiliki landasan yang panjang," sebut dia.
“Bitcoin akan bergejolak pada periode ini, baik efek dari volatilitas pasar saham, tetapi juga dari koreksi tajam (suku bunga) The Fed,” imbuh dia.
Baca Juga: Harga Bitcoin Menanjak di Ujung Tahun 2021, Analisis Teknikal Dukung Sinyal Beli