Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas kembali mencetak rekor tertinggi pada Kamis setelah Federal Reserve mengisyaratkan kemungkinan dua kali pemangkasan suku bunga tahun ini. Kondisi ini semakin memperkuat daya tarik emas sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global.
Harga emas di pasar spot naik 0,1% menjadi US$3.049,89 per ons pada pukul 02:10 GMT, setelah sebelumnya mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di US$3.055,96 per ons. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS naik 0,6% menjadi US$3.058,40 per ons.
Faktor Pendorong Kenaikan Harga Emas
Menurut Dick Poon, General Manager di Heraeus Metals Hong Kong Ltd, harga emas terdorong oleh berbagai faktor, termasuk ketidakpastian pasar, meningkatnya ketegangan geopolitik, pelemahan dolar AS, serta ekspektasi penurunan suku bunga di masa mendatang.
Baca Juga: Harga Emas Spot Cetak Rekor Tertinggi ke US$3.055,31 pada Kamis (20/3)
The Federal Reserve pada hari Rabu mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25%-4,50%. Para pembuat kebijakan memperkirakan bank sentral akan melakukan dua kali pemangkasan suku bunga sebesar 0,25% sebelum akhir tahun 2025.
Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, menyatakan bahwa kebijakan awal pemerintahan Trump, termasuk tarif impor yang ekstensif, telah menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi AS dan peningkatan inflasi sementara. Kebijakan tarif tersebut meningkatkan ketidakpastian perdagangan dan diperkirakan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, ketegangan yang kembali memanas di Timur Tengah turut berkontribusi terhadap reli harga emas. Militer Israel telah melanjutkan operasi darat di Gaza tengah dan selatan, sementara serangan udara dilaporkan menewaskan setidaknya 48 warga Palestina, menurut petugas kesehatan setempat.
Emas sebagai Aset Safe Haven
Sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding), emas sering dianggap sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian global dan cenderung menguat di lingkungan suku bunga rendah. Sejak awal tahun 2025, emas telah mencatat 16 kali rekor tertinggi, dengan empat di antaranya melampaui level US$3.000.
Nicholas Frappell, Kepala Pasar Institusional Global di ABC Refinery, mengatakan bahwa koreksi harga emas tidak bisa dihindari setelah kinerja yang sangat baik sepanjang kuartal pertama. Namun, sejauh ini koreksi yang terjadi relatif singkat dan tetap diminati oleh investor. Level US$3.090 - US$3.100 diperkirakan akan menjadi area resistensi berikutnya.
Baca Juga: Harga Emas Cetak Rekor Tertinggi Setelah The Fed Pertahankan Suku Bunga
Kinerja Logam Mulia Lainnya
Selain emas, harga logam mulia lainnya juga mengalami pergerakan positif:
-
Perak stabil di US$33,81 per ons.
-
Platina naik 0,1% menjadi US$994,05 per ons.
-
Palladium naik 0,1% menjadi US$957,42 per ons.
Dengan prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed dan ketidakpastian global yang masih tinggi, harga emas diperkirakan akan tetap kuat dalam waktu dekat. Investor terus mengawasi perkembangan kebijakan moneter dan ketegangan geopolitik sebagai faktor utama yang dapat mempengaruhi pergerakan harga emas di masa mendatang.