Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Harga minyak melemah pada perdagangan awal hari ini, menambah koreksi di sesi sebelumnya, karena prospek kesepakatan perdamaian Rusia-Ukraina tampaknya menguat dan meningkatkan ekspektasi potensi pelonggaran sanksi.
Selasa (16/12/2025) pukul 08.45 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Februari 2026 turun 24 sen atau 0,40% menjadi US$ 60,32 per barel.
Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Januari 2026 melemah 22 sen atar 0,39% ke US$ 56,60 per barel.
Sebelumnya, AS menawarkan untuk memberikan jaminan keamanan ala NATO untuk Ukraina dalam pembicaraan dengan presiden negara itu di Berlin, kata para pejabat AS. Ini jadi sebuah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya yang memicu optimisme di beberapa ibu kota Eropa bahwa pembicaraan semakin mendekati negosiasi untuk mengakhiri konflik.
Baca Juga: Ukraina Klaim Serang Kapal Selam Rusia dengan Drone Bawah Air di Laut Hitam
"Menambah tekanan, data ekonomi Tiongkok yang lemah yang dirilis semalam semakin memicu kekhawatiran bahwa permintaan global mungkin tidak cukup kuat untuk menyerap pertumbuhan pasokan baru-baru ini," kata analis pasar IG, Tony Sycamore, dalam sebuah catatan.
Di sisi lain, pertumbuhan produksi pabrik China melambat ke level terendah dalam 15 bulan, data resmi menunjukkan pada hari Senin. Penjualan ritel juga tumbuh pada laju paling lambat sejak Desember 2022, selama pandemi COVID-19.
Data tersebut menimbulkan kekhawatiran bahwa strategi China yang mengandalkan ekspor untuk mengimbangi permintaan domestik yang lemah mungkin goyah. Perekonomian yang melambat akan semakin menekan permintaan di negara pembeli minyak terbesar di dunia, di mana peningkatan penggunaan kendaraan listrik sudah membebani konsumsi minyak bumi.
Faktor-faktor tersebut mengimbangi kekhawatiran tentang pasokan setelah AS menyita sebuah kapal tanker minyak di lepas pantai Venezuela pekan lalu.
Para pedagang dan analis mengatakan kelebihan penyimpanan terapung dan lonjakan pembelian Tiongkok dari Venezuela sebagai antisipasi sanksi juga membatasi dampak pasar dari langkah tersebut.












