Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak dunia naik pada perdagangan Selasa (14/10/2025), didorong oleh tanda-tanda awal mencairnya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China yang membantu memperbaiki sentimen pasar dan meredakan kekhawatiran terhadap permintaan bahan bakar global.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent pada Senin (13/10) mengatakan bahwa Presiden Donald Trump tetap berkomitmen untuk bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan akhir bulan ini.
Baca Juga: Bursa Asia Variatif Selasa (14/10) Pagi, Pasar Global Pulih dari Tekanan Tarif AS
Pertemuan tersebut diharapkan menjadi langkah menuju de-eskalasi ketegangan yang dipicu oleh ancaman tarif dan pembatasan ekspor antara kedua negara.
Bessent menambahkan bahwa komunikasi antara kedua pihak meningkat selama akhir pekan dan akan ada lebih banyak pertemuan dalam waktu dekat.
Harga minyak mentah Brent naik 18 sen atau 0,28% menjadi US$63,50 per barel pada pukul 00.00 GMT.
Sementara West Texas Intermediate (WTI) naik 16 sen atau 0,27% ke US$59,65 per barel. Pada sesi sebelumnya, Brent ditutup naik 0,9% dan WTI menguat 1%.
Baca Juga: Emas Cetak Rekor Tertinggi Selasa (14/10) Pagi, Tembus Level US$ 4.124,79
Prospek perbaikan hubungan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia itu secara historis selalu menjadi sentimen positif bagi pasar minyak, karena diharapkan dapat memperkuat pertumbuhan global dan meningkatkan permintaan energi.
Namun, perkembangan terkini masih menyisakan ketidakpastian. Beijing baru-baru ini memperluas kontrol ekspor logam tanah jarang (rare earth).
Sementara Trump mengancam akan memberlakukan tarif 100% dan pembatasan ekspor perangkat lunak buatan AS mulai 1 November.
Ketegangan ini sempat menekan harga minyak pekan lalu hingga mencapai level terendah sejak Mei.
Trump sebelumnya juga sempat meragukan pertemuannya dengan Xi dalam KTT APEC di Korea Selatan yang dijadwalkan pada 30 Oktober–1 November, dengan menulis di Truth Social bahwa “sepertinya sekarang tidak ada alasan untuk melakukannya.”
Baca Juga: Singapura Pertahankan Kebijakan Moneter, Pertumbuhan Ekonomi Tetap Tangguh
Meski demikian, nada yang lebih lunak dari Washington dan Beijing kini mulai membatasi tekanan jual di pasar minyak.
“Industri minyak masih terus menghadapi dinamika geopolitik,” kata analis ANZ, Daniel Hynes, dalam sebuah catatan.
“China mengumumkan akan mengenakan biaya tambahan bagi kapal milik AS yang berlabuh di pelabuhannya, termasuk kapal tanker minyak. Hal itu memicu sejumlah pembatalan mendadak dan lonjakan tarif pengiriman,” tambahnya.
Membatasi potensi kenaikan harga lebih lanjut, Trump pada Senin juga mengumumkan berakhirnya perang Gaza yang telah berlangsung dua tahun dan mengguncang stabilitas kawasan Timur Tengah.
Baca Juga: 6.000 Siswa di Malaysia Terinfeksi Influenza, Sejumlah Sekolah Ditutup
Sementara itu, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia menyampaikan dalam laporan bulanannya bahwa defisit pasokan minyak global diperkirakan akan menyusut pada 2026, seiring dengan rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi secara bertahap.