Sumber: Bloomberg |
LONDON. Organization of Petroleum Exporting Countries atau OPEC kemungkinan akan meningkatkan target produksinya dalam pertemuan mereka di bulan Desember seiring dengan harga minyak yang merangsek diatas US$ 75 per barel. Apalagi, International Energy Agency juga telah memperingatkan bahwa kenaikan harga emas hitam ini bisa mengancam perekonomian global.
"Kami selalu mencoba bertahan di posisi yang seimbang," kata Jose Maria Botelho de Vasconcelos, Menteri Perminyakan Angola. Menurutnya, sejumlah negara telah bersedia untuk menggenjot gerojokan minyaknya ke pasar.
OPEC akan bertemu pada 22 Desember 2009 di Luanda, Angola, untuk mengkaji kembali kuota produksi yang telah tidak berubah pada tiga pertemuan OPEC di tahun ini. Kontrak minyak mentah telah reli sebesar 80% tahun ini dan diperdagangkan di level US$ 80 per barel hari ini di New York.
Sementara itu, menurut IEA Chief Economist Fatih Birol, meningkatnya harga minyak mentah akan mengancam pemulihan perekonomian.
"Dengan rebound perekonomian yang menguat, kita akan melihat tingginya harga minyak; dan ini adalah risiko yang cukup signifikan dalam upaya pemulihan perekonomian," tegas Birol.
"Harga minyak di level US$ 100 per barrel tidak akan lagi bisa dihindari karena sangat penting untuk mengelola keseimbangan," kata de Vasconcelos.
Peningkatan produksi akan bergantung pada harga yang bergerak di level US$ 75 hingga US$ 80 per barrel, persediaan yang kembali ke level rata-rata lima tahunan dan mengempisnya stok minyak mentah. Hal ini ditegaskan oleh Secretary-General OPEC Abdalla El-Badri, akhir pekan lalu.