Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak anjlok sekitar 1% hingga menetap di level terendah dalam tujuh minggu karena investor khawatir bahwa permintaan dari China dapat melemah. Di sisi lain, OPEC+ tampaknya akan tetap berpegang pada rencana untuk meningkatkan pasokan.
Selasa (30/7), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman September 2024 ditutup turun US$ 1,15, atau 1,4% ke US$ 78,63 per barel.
Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman September 2024 juga ditutup melemah US$ 1,08 atau 1,4% menjadi US$ 74,73 per barel.
Itu adalah penutupan terendah untuk kedua minyak mentah acuan sejak 5 Juni dan membuat keduanya berada dalam wilayah oversold secara teknis untuk hari kedua.
Harga minyak mentah berjangka AS untuk diesel dan bensin juga ditutup pada level terendah sejak awal Juni.
Baca Juga: Harga Emas dalam Jangka Pendek Dipengaruhi Sinyal Suku Bunga The Fed
Aktivitas manufaktur di China, importir minyak mentah terbesar di dunia, kemungkinan menyusut untuk bulan ketiga pada bulan Juli, menurut jajak pendapat Reuters.
Para pemimpin China telah berjanji untuk meningkatkan dukungan bagi perekonomian, tetapi investor memperkirakan langkah-langkah tersebut akan terbatas karena rapat kebijakan Pleno Ketiga sebagian besar menegaskan kembali tujuan yang ada.
Di Lebanon, serangan udara Israel menargetkan seorang komandan senior Hizbullah di pinggiran selatan Beirut, dalam apa yang disebut militer Israel sebagai pembalasan atas serangan roket lintas batas selama akhir pekan yang menewaskan 12 anak-anak dan remaja.
Beberapa analis mengatakan, tanggapan terukur Israel dapat menandakan kesepakatan sudah dekat di Gaza.
Kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas memiliki "potensi untuk (menghilangkan) US$ 4 hingga US$ 7 (per barel) premi risiko dari pasar," kata Bob Yawger, Director of Energy Futures Mizuho, dalam sebuah catatan.
Pada hari Kamis (1/8), menteri utama dari OPEC+, akan bertemu untuk meninjau pasar, termasuk rencana untuk mulai menghentikan beberapa pemangkasan produksi mulai bulan Oktober. Tidak ada perubahan yang diharapkan saat ini.
Di sisi lain, data mingguan penyimpanan minyak Amerika Serikat (AS) akan dirilis dari kelompok perdagangan American Petroleum Institute (API) dan Energy Information Administration (EIA) pada hari Rabu.
Analis memperkirakan, perusahaan energi AS menarik sekitar 1,1 juta barel minyak mentah dari penyimpanan selama minggu yang berakhir pada 26 Juli.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Stabil Mendekati Level Terendah Sejak Awal Juni, WTI ke US$75,69
Jika benar, itu akan menjadi pertama kalinya stok minyak mentah AS turun selama lima minggu berturut-turut sejak Januari 2022.
Sedangkan, lowongan pekerjaan AS turun sedikit pada bulan Juni dan data untuk bulan sebelumnya direvisi lebih tinggi, menunjukkan pasar tenaga kerja terus mendingin, yang menurut analis membuat kemungkinan Federal Reserve akan menurunkan suku bunga lebih besar.
The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya tetap stabil pada pertemuan 30-31 Juli dan mengisyaratkan bahwa pemotongan suku bunga dapat dimulai segera setelah pertemuan bank sentral pada bulan September.
The Fed menaikkan suku bunga secara agresif pada tahun 2022 dan 2023 untuk menjinakkan lonjakan inflasi. Suku bunga yang lebih rendah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.
AS sedang mempertimbangkan sanksi baru terhadap anggota OPEC Venezuela menyusul hasil yang disengketakan dalam pemilihan presiden negara Amerika Selatan tersebut.
Kemenangan Presiden Nicolas Maduro dalam pemilihan umum Venezuela terakhir "merupakan hambatan bagi pasokan global, karena hal ini dapat mengakibatkan sanksi AS yang lebih ketat," kata analis ANZ dalam sebuah catatan, memperkirakan skenario seperti itu dapat memangkas ekspor Venezuela sebesar 100.000-120.000 barel per hari.