Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak ditutup melemah untuk sesi kedua berturut-turut karena dolar Amerika Serikat (AS) menguat dan data pemerintah menunjukkan lonjakan mengejutkan dalam stok minyak mentah dan bensin AS.
Rabu (27/3), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Mei 2024 turun 16 sen atau 0,2% ke US$ 86,09 per barel. Sementara, harga Brent untuk kontrak Juni 2024 yang lebih aktif diperdagangkan turun 22 sen menjadi US$ 85,41 per barel. Kontrak Mei berakhir pada hari Kamis (28/3).
Sejalan, minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman kontrak pengiriman Mei 2024 turun 27 sen atau 0,3% menjadi US$ 81,35 per barel.
Baik Brent maupun WTI berjangka berada di bawah tekanan jual sejak mencapai level tertinggi dalam lebih dari empat bulan pada minggu lalu.
Penguatan dolar AS membebani minyak, dengan indeks dolar AS menguat untuk sesi kedua berturut-turut. Penguatan dolar AS membuat harga minyak yang diperdagangkan dalam mata uang dolar AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga mengurangi permintaan.
Baca Juga: Harga Minyak Turun Tajam Karena Persediaan Minyak Mentah AS Meningkat
Lonjakan stok minyak mentah dan bensin AS yang mengejutkan juga menambah tekanan pada harga minyak, kata para analis. Stok minyak mentah AS naik 3,2 juta barel. Sedangkan, stok bensin naik 1,3 juta barel dalam pekan yang berakhir 22 Maret, menurut data dari Energy Information Administration (EIA).
Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan, stok minyak mentah turun 1,3 juta barel dan stok bensin turun 1,7 juta barel.
Permintaan bensin turun untuk minggu kedua berturut-turut menjadi 8,7 juta barel per hari (bph), turun dari 8,8 juta barel per hari pada minggu sebelumnya, data EIA menunjukkan.
“Mengingat fakta bahwa pada dasarnya kita hanya memproduksi minyak mentah untuk membuat bensin, hal ini merupakan perkembangan yang bearish,” kata Robert Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.
OPEC+, kemungkinan tidak akan mengubah kebijakan produksi minyak sampai pertemuan tingkat menteri penuh pada bulan Juni, tiga sumber OPEC+ mengatakan kepada Reuters menjelang pertemuan minggu depan untuk meninjau pasar. dan penerapan pemotongan output oleh anggota.
OPEC+ bulan ini setuju untuk memperpanjang pengurangan produksi sekitar 2,2 juta barel per hari hingga akhir Juni, meskipun Rusia dan Irak harus melakukan upaya ekstra untuk mengatasi kelebihan produksi.
Baca Juga: Wall Street Sumringah: Dow, S&P 500 dan Nasdaq Kompak Menguat Disokong Saham Merck
Perjuangan tersebut mempertanyakan kemampuan kelompok tersebut untuk mematuhi pemotongan yang disepakati, karena OPEC telah melampaui targetnya sebesar 190.000 barel per hari pada bulan Februari, menurut survei Reuters.
“Pemangkasan produksi OPEC+ telah memicu perdebatan mengenai volume, terutama mengenai kelebihan produksi Irak selama dua bulan terakhir,” kata Alex Hodes, analis energi di StoneX.
“Poin penting lainnya adalah potensi pengurangan volume di Rusia,” kata Hodes. “Memantau aliran minyak Rusia pada kuartal mendatang akan sangat penting bagi pengamat pasar,” tambahnya.