Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak melonjak 3% karena tanda-tanda permintaan yang lebih tinggi di Eropa dan China, produksi yang lebih rendah di AS, ketegangan di Timur Tengah dan karena pembeli muncul sehari setelah harga jatuh ke level terendah dalam empat tahun.
Selasa (6/5), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juli 2025 ditutup naik US$ 1,92 ke 3,2% ke US$ 62,15 per barel.
Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juni 2025 ditutup menguat US$ 1,96 atau 3,4% ke US$ 59,09 per barel.
Kedua harga acuan tersebut naik dari wilayah oversold secara teknis, sehari setelah membukukan penutupan terendah sejak Februari 2021 akibat keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi.
"Pasar mungkin mengalami beberapa aksi ambil untung yang signifikan dari short holding, kontributor utama bagi pemulihan harga hari ini," kata analis di firma penasihat energi Ritterbusch and Associates.
OPEC+, memutuskan pada akhir pekan untuk mempercepat kenaikan produksi minyak untuk bulan kedua berturut-turut.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Bangkit Lebih dari US$ 1, Tapi Kekhawatiran Oversupply Membayangi
"Setelah mengevaluasi langkah OPEC+ terbaru untuk mempercepat pelonggaran pemotongan pasokan, pelaku pasar berfokus pada perkembangan perdagangan dan kemungkinan ... bahwa kesepakatan perdagangan akan tercapai," kata Tamas Varga, analis di PVM, perusahaan pialang dan konsultan yang merupakan bagian dari TP ICAP.
Varga juga menunjuk pada kenaikan premi risiko geopolitik di Timur Tengah saat Israel menyerang target Houthi yang didukung Iran di Yaman sebagai balasan atas serangan di bandara Ben Gurion.
Presiden AS Donald Trump, bagaimanapun, mengatakan AS akan berhenti mengebom Houthi di Yaman, dengan mengatakan bahwa kelompok itu telah setuju untuk berhenti mengganggu jalur pelayaran penting di Timur Tengah.
Harga juga mendapat dukungan setelah konsumen di Tiongkok meningkatkan pengeluaran selama perayaan May Day dan saat pelaku pasar kembali setelah liburan lima hari.
Dolar AS jatuh ke level terendah dalam 1 minggu terhadap sekeranjang mata uang karena investor menjadi tidak sabar tentang kesepakatan perdagangan. Mata uang AS yang lebih lemah membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Selain itu, harga minyak yang lebih rendah dalam beberapa minggu terakhir telah mendorong beberapa perusahaan energi AS seperti Diamondback Energy dan Coterra Energy untuk mengumumkan bahwa mereka akan memangkas beberapa rig, yang menurut para analis akan meningkatkan harga seiring waktu dengan mengurangi produksi.
Baca Juga: Harga Minyak Stabil Usai Anjlok ke Level Terendah dalam 4 Tahun di Sesi Sebelumnya
Menjelang data persediaan minyak AS mingguan, para analis memperkirakan stok minyak mentah turun sekitar 800.000 barel minggu lalu.
Jika benar, itu akan menjadi pertama kalinya stok turun selama dua minggu berturut-turut sejak Januari. Itu dibandingkan dengan penurunan 1,4 juta barel selama minggu yang sama tahun lalu dan penurunan rata-rata 100.000 barel selama lima tahun terakhir (2020-2024).
Di Eropa, perusahaan diharapkan melaporkan pertumbuhan 0,4% dalam laba kuartal pertama, data LSEG I/B/E/S menunjukkan, peningkatan dari penurunan 1,7% yang diharapkan para analis seminggu yang lalu.
Kepala perdagangan Uni Eropa mengatakan blok 27 negara itu tidak berada di bawah tekanan untuk menerima kesepakatan tarif yang tidak adil dengan AS.
Sementara itu, Komisi Eropa mengusulkan penambahan lebih banyak individu dan lebih dari 100 kapal yang terkait dengan armada bayangan Rusia ke dalam paket sanksi ke-17 terhadap Moskow sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.
Trump mengatakan pada Senin malam bahwa ia akan mengumumkan tarif farmasi selama dua minggu ke depan, tindakan terbarunya terhadap pungutan yang telah mengguncang pasar keuangan global selama beberapa bulan terakhir.
Baca Juga: Wall Street Melemah: Dow, S&P 500 dan Nasdaq Terbebani Ketidakpastian Tarif
Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan pemerintahan Trump dapat mengumumkan perjanjian perdagangan dengan beberapa mitra dagang terbesar Amerika Serikat paling cepat minggu ini, tetapi tidak memberikan rincian tentang negara mana yang terlibat.
Defisit perdagangan AS melebar ke rekor tertinggi pada bulan Maret karena bisnis meningkatkan impor barang menjelang tarif, yang menyeret produk domestik bruto (PDB) ke medan negatif pada kuartal pertama untuk pertama kalinya dalam tiga tahun.
Federal Reserve diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada hari Rabu karena tarif mengganggu prospek ekonomi.
Pemotongan suku bunga dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan dengan demikian, permintaan minyak. Namun tarif menaikkan harga, dan Fed menggunakan suku bunga yang lebih tinggi untuk memerangi inflasi.