Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak dunia melemah pada Jumat (31/10/2025) dan menuju penurunan bulanan ketiga berturut-turut, tertekan oleh penguatan dolar AS serta meningkatnya pasokan dari produsen utama yang mengimbangi dampak sanksi Barat terhadap ekspor minyak Rusia.
Mengutip Reuters, minyak mentah Brent turun 0,51% atau 33 sen menjadi US$64,67 per barel pada pukul 00.27 GMT.
Sementara West Texas Intermediate (WTI) melemah 0,58% atau 35 sen ke US$60,22 per barel.
Baca Juga: Inflasi Tokyo Melebihi Target, Pasar Taruh Harapan pada Kenaikan Bunga BOJ
“Dolar AS yang lebih kuat menekan selera investor terhadap komoditas,” tulis analis ANZ dalam sebuah catatan.
Penguatan greenback terjadi setelah Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa pemangkasan suku bunga pada Desember belum menjadi kepastian.
Baik Brent maupun WTI diperkirakan turun sekitar 3% sepanjang Oktober, seiring meningkatnya pasokan yang melampaui pertumbuhan permintaan tahun ini.
Negara-negara anggota OPEC dan produsen non-OPEC terus meningkatkan produksi guna memperluas pangsa pasar.
Baca Juga: Netflix Umumkan Stock Split 10:1, Saham Lebih Terjangkau
Peningkatan suplai ini juga membantu meredam dampak gangguan ekspor minyak Rusia ke dua pembeli utamanya, yakni China dan India, akibat sanksi Barat.
Sumber Reuters menyebut, OPEC+ tengah mempertimbangkan kenaikan produksi moderat pada Desember, menjelang pertemuan kelompok tersebut pada Minggu mendatang.
Hingga kini, delapan anggota OPEC+ telah menaikkan target produksi lebih dari 2,7 juta barel per hari (bph), setara 2,5% dari pasokan global.
Data dari Joint Organizations Data Initiative (JODI) menunjukkan ekspor minyak mentah Arab Saudi mencapai 6,41 juta bph pada Agustus, level tertinggi dalam enam bulan terakhir, dan diproyeksikan akan terus meningkat.
Sementara itu, laporan Energy Information Administration (EIA) AS mencatat produksi minyak domestik mencapai rekor 13,6 juta bph pekan lalu.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Stabil Kamis (30/10), Menunggu Dampak Gencatan Dagang AS-China
Presiden AS Donald Trump pada Kamis mengatakan bahwa China telah sepakat untuk memulai proses pembelian energi dari AS, termasuk potensi transaksi besar minyak dan gas dari Alaska.
Namun, sejumlah analis meragukan kesepakatan tersebut akan berdampak signifikan terhadap permintaan energi AS.
“Alaska hanya memproduksi sekitar 3% dari total minyak mentah AS, sehingga tidak terlalu signifikan. Pembelian LNG dari Alaska oleh China pun kemungkinan bersifat komersial,” tulis analis Barclays, Michael McLean, dalam catatannya.


/2025/05/04/2013680151.jpg) 
  
  
  
  
  
  
 











