Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak melanjutkan penguatan pada perdagangan awal di sesi Asia. Sentimen bagi harga datang setelag pembunuhan seorang pemimpin Hamas di Iran yang meningkatkan ancaman konflik Timur Tengah yang lebih luas.
Kamis (1/8) pukul 07.50 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Oktober 2024 naik 67 sen atau 0,8% ke US$ 81,51 per barel.
Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman September 2024 naik 69 sen, atau 0,9% menjadi US$ 78,60 per barel.
Kontrak paling aktif pada kedua harga minyak acuan tersebut melonjak sekitar 4% pada sesi sebelumnya.
Penyokong utama harga minyak datang setelah pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dibunuh di ibu kota Iran, Teheran, pada hari Rabu (31/7), kurang dari 24 jam setelah komandan militer paling senior Hizbullah yang berbasis di Lebanon tewas dalam serangan Israel di ibu kota, Beirut.
Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Naik 3%, Tersengat Ketegangan di Timur Tengah yang Memanas
Pembunuhan tersebut memicu kekhawatiran bahwa perang selama 10 bulan di Gaza antara Israel dan Hamas berubah menjadi perang Timur Tengah yang lebih luas. Hal itu berpotensi menyebabkan gangguan pasokan minyak dari wilayah tersebut.
"Kami khawatir wilayah tersebut berada di ambang perang habis-habisan," kata wakil perwakilan Jepang di PBB Shino Mitsuko pada hari Rabu saat dewan keamanan PBB menyerukan peningkatan upaya diplomatik.
Harga minyak juga didorong oleh serangkaian data yang dirilis dari AS, konsumen minyak terbesar dunia, dan pelemahan dolar AS.
Permintaan ekspor yang kuat mendorong persediaan minyak mentah AS turun 3,4 juta barel dalam pekan yang berakhir 26 Juli menjadi 433 juta barel, data dari Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan pada hari Rabu.
Persediaan minyak AS telah menurun selama lima minggu berturut-turut, penurunan terpanjang sejak Januari 2021.
Baca Juga: Terdorong Kinerja AMMN, Laba Medco (MEDC) Melonjak 68% Jadi US$ 200,9 Juta
Permintaan minyak AS mencapai rekor musiman pada bulan Mei karena konsumsi bensin melonjak ke level tertinggi sejak sebelum pandemi, rilis data terpisah dari EIA menunjukkan pada hari Rabu.
Sementara itu, indeks dolar AS memperpanjang penurunan pada hari Kamis dari sesi sebelumnya, setelah Federal Reserve mempertahankan suku bunga tetap tetapi membiarkan pintu terbuka untuk pemangkasan pada bulan September.
Dolar yang lebih lemah dapat meningkatkan permintaan minyak dari investor yang memegang mata uang lain.