Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak melambung jelang akhir pekan untuk memulihkan sebagian dari koreksi lebih dari 1% pada sesi sebelumnya, sebagian karena berkurangnya prospek berakhirnya perang Ukraina yang dapat membawa kembali lebih banyak pasokan energi Rusia.
Jumat (14/3) pukul 11.40 WIB, Harga mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Mei 2025 menguat 46 sen, atau 0,7% ke US$ 70,34 per barel, setelah ditutup koreksi 1,5% pada sesi sebelumnya.
Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (TI) untuk kontrak pengiriman April 2025 berada di level US$ 67,03 per barel, naik 48 sen atau 0,7%, setelah ditutup turun 1,7% pada hari Kamis (13/3).
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada hari Kamis bahwa Moskow mendukung usulan AS untuk gencatan senjata di Ukraina pada prinsipnya, tetapi meminta sejumlah klarifikasi dan syarat yang tampaknya mengesampingkan kemungkinan berakhirnya pertempuran dengan cepat.
"Dukungan Rusia yang suam-suam kuku terhadap usulan gencatan senjata selama 30 hari dengan Ukraina telah mengurangi kepercayaan terhadap gencatan senjata dalam jangka pendek," kata analis pasar IG Tony Sycamore.
"Perasaannya adalah bahwa AS tidak akan mencabut sanksi sampai mereka menyetujui gencatan senjata."
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Indonesia (ICP) Februari 2025 Turun Jadi US$ 74,29 Per Barel
Namun, perang dagang global yang telah mengguncang pasar keuangan dan meningkatkan kekhawatiran resesi meningkat dengan Presiden AS Donald Trump pada hari Kamis mengancam akan mengenakan tarif 200% pada wine, cognac, dan impor alkohol lainnya dari Eropa.
Badan Energi Internasional memperingatkan pada hari Kamis bahwa pasokan minyak global dapat melebihi permintaan sekitar 600.000 barel per hari tahun ini, karena pertumbuhan yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan permintaan global yang lebih lemah dari yang diharapkan.
"Kondisi ekonomi makro yang mendukung proyeksi permintaan minyak kami memburuk selama bulan lalu karena ketegangan perdagangan meningkat antara AS dan beberapa negara lain," kata IEA, yang mendorongnya untuk merevisi turun estimasi pertumbuhan permintaannya untuk kuartal keempat tahun 2024 dan kuartal pertama tahun 2025.
Kesulitan perang dagang yang didorong Trump dan kekhawatiran permintaan telah menekan harga minyak pada hari sebelumnya, meskipun kemungkinan berkurangnya minyak Rusia di pasar global dalam waktu dekat memberikan sedikit dukungan selama perdagangan hari Jumat.
"Sebagian besar proyeksi harga cenderung turun dalam jangka pendek, tetapi ketegangan geopolitik masih dapat menyebabkan gangguan pasokan," kata analis ANZ dalam sebuah catatan kepada klien.