Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak mentah kompak menguat di perdagangan awal pada pasar Asia setelah China menyatakan membuka pintu untuk perundingan dengan Amerika Serikat (AS). Hal ini meningkatkan harapan akan adanya de-eskalasi dalam perang dagang yang sengit antara dua ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Jumat (2/5) pukul 09.00 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juli 2025 naik 38 sen atau 0,6% menjadi US$ 62,51 per barel.
Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juni 2025 naik 38 sen, atau 0,6% ke US$ 59,62 per barel.
Kementerian perdagangan China pada hari Jumat mengatakan baru-baru ini AS mengambil langkah-langkah untuk membuka dialog dengan Beijing dengan menyampaikan informasi melalui pihak-pihak terkait.
Kekhawatiran bahwa perang dagang yang lebih luas dapat mendorong ekonomi global ke dalam resesi dan menghambat permintaan minyak, tepat saat kelompok OPEC+ bersiap untuk meningkatkan produksi, telah membebani harga minyak dalam beberapa minggu terakhir.
Namun, sinyal potensi meredanya ketegangan perdagangan antara AS dan China, importir minyak mentah terbesar di dunia, mendukung sentimen terhadap minyak mentah.
Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi umat (2/5) Pagi, Dibayangi Potensi Kenaikan Pasokan OPEC+
Harga minyak juga didukung oleh ancaman dari Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan sanksi sekunder pada pembeli minyak Iran.
Ancaman tersebut menimbulkan kekhawatiran akan pasokan minyak mentah yang lebih ketat, kata analis bank ANZ dalam sebuah catatan.
Komentar Trump menyusul penundaan pembicaraan AS dengan Iran mengenai program nuklirnya. Sebelumnya, ia telah memulihkan kampanye "tekanan maksimum" terhadap Iran, yang mencakup upaya untuk mendorong ekspor minyak negara itu ke nol, untuk membantu mencegah Teheran mengembangkan senjata nuklir.
Pada sesi sebelumnya, harga minyak telah naik hampir 2% setelah pernyataan Trump, menghapus sebagian kerugian yang tercatat sebelumnya pada minggu ini karena ekspektasi pasokan OPEC+ yang lebih banyak akan masuk ke pasar.
Reuters pada hari Rabu melaporkan bahwa Arab Saudi, pemimpin de facto OPEC+, telah memberi tahu sekutu dan pakar industri bahwa mereka tidak bersedia menopang harga minyak dengan pemangkasan pasokan lebih lanjut.
Beberapa anggota OPEC+ akan menyarankan kelompok tersebut untuk mempercepat kenaikan produksi pada bulan Juni untuk bulan kedua berturut-turut, Reuters sebelumnya melaporkan. Delapan negara OPEC+ akan bertemu pada tanggal 5 Mei untuk memutuskan rencana produksi bulan Juni