kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.916.000   20.000   1,05%
  • USD/IDR 16.830   -10,00   -0,06%
  • IDX 6.400   -41,63   -0,65%
  • KOMPAS100 918   -5,59   -0,61%
  • LQ45 717   -5,96   -0,82%
  • ISSI 202   0,24   0,12%
  • IDX30 374   -3,30   -0,87%
  • IDXHIDIV20 454   -4,95   -1,08%
  • IDX80 104   -0,73   -0,70%
  • IDXV30 110   -1,18   -1,06%
  • IDXQ30 123   -1,18   -0,95%

Harga Minyak Anjlok, Pasar Menimbang Dampak Perang Dagang


Rabu, 16 April 2025 / 10:52 WIB
Harga Minyak Anjlok, Pasar Menimbang Dampak Perang Dagang
ILUSTRASI. Harga minyak turun tipis pada Rabu (16/4), karena perubahan kebijakan tarif AS memicu ketidakpastian. REUTERS/Todd Korol


Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak turun tipis pada Rabu (16/4), karena perubahan kebijakan tarif AS memicu ketidakpastian. Hal ini mendorong para pedagang untuk mempertimbangkan dampak potensial perang dagang AS-China terhadap pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi.

Mengutip Reuters, Rabu (16/4), harga minyak mentah Brent turun 18 sen, atau 0,3%, menjadi US$ 64,49 per barel pada pukul 03.15 GMT, sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 16 sen, atau 0,3%, menjadi US$ 61,17. Kedua harga acuan turun 0,3% pada hari Selasa.

Pada Selasa (15/4), Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan bahwa permintaan minyak global diperkirakan akan tumbuh pada tingkat paling lambat selama lima tahun pada tahun 2025 dan kenaikan produksi AS juga akan berkurang, karena tarif Presiden AS Donald Trump pada mitra dagang dan tindakan pembalasan mereka.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Cenderung Stabil Selasa (15/4), Pasar Cermati Arah Baru Tarif AS

"Investor terus berjuang menemukan katalis untuk mendorong pemulihan yang lebih berarti, karena pertumbuhan global secara luas diperkirakan akan melambat dengan tarif AS, yang membahayakan permintaan minyak," kata Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar di IG.

"Tren penurunan harga minyak masih berlanjut dan kita mungkin berharap optimisme awal seputar pencabutan tarif akan memudar, dan hambatan makro yang mendasari data ekonomi mendatang dapat membawa pasar kembali ke realitas yang lebih serius," imbuh Yeap.

IEA mengatakan, permintaan minyak dunia tahun ini diperkirakan akan meningkat sebesar 730.000 barel per hari, turun tajam dari 1,03 juta barel per hari yang diperkirakan bulan lalu. 
Penurunan tersebut lebih besar dari pemangkasan yang dilakukan oleh OPEC+ pada hari Senin.

"Seperti yang disoroti IEA, pertumbuhan permintaan kemungkinan akan tetap moderat, dan ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan minyak mentah global membebani pasar," kata Tetsu Emori, CEO Emori Fund Management.

"Jika pasar saham (yang saat ini berada di bawah tekanan tarif) bangkit kembali, kita dapat melihat kenaikan harga minyak yang mendorong WTI di atas US$ 65 per barel. Namun tanpa dukungan itu, harga kemungkinan akan tetap di kisaran US$ 60-an," katanya.

Kekhawatiran atas tarif Trump yang meningkat, dikombinasikan dengan meningkatnya produksi dari OPEC+, sebuah kelompok yang terdiri dari OPEC dan sekutu produsennya seperti Rusia, telah menyeret harga minyak turun sekitar 13% sejauh bulan ini.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun Setelah IEA Pangkas Proyeksi Permintaan Dunia

Ketidakpastian seputar ketegangan perdagangan telah menyebabkan beberapa bank, termasuk UBS, BNP Paribas dan HSBC memangkas perkiraan harga minyak mentah mereka.

Trump telah menaikkan tarif pada barang-barang China ke tingkat yang sangat tinggi, mendorong Beijing untuk mengenakan bea balasan atas impor AS dalam perang dagang yang semakin intensif antara dua ekonomi terbesar dunia yang dikhawatirkan pasar akan menyebabkan resesi global.

Tanda lebih lanjut dari meningkatnya ketegangan, China telah memerintahkan maskapai penerbangannya untuk tidak menerima pengiriman pesawat Boeing lebih lanjut sebagai tanggapan atas keputusan AS untuk mengenakan tarif 145% pada barang-barang China, Bloomberg News melaporkan pada hari Selasa.

Sementara itu, persediaan minyak mentah AS naik 2,4 juta barel dalam pekan yang berakhir pada 11 April, sementara persediaan bensin turun 3 juta barel dan persediaan sulingan turun 3,2 juta barel, kata sumber pasar, mengutip angka-angka dari American Petroleum Institute pada hari Selasa.

Selanjutnya: Kinerja Penjualan Eceran Maret 2025 Diperkirakan Meningkat Efek Lebaran

Menarik Dibaca: Resep Bolu Susu Oreo Tanpa Oven yang Lembut dan Milky, Cocok untuk Teman Ngopi



TERBARU

[X]
×